Post Update :

Posting Populer

Motivasi

Hidup tanpa motivasi bagaikan berkendara tanpa arah tujuan. Untuk mendapatkan beberapa untaian kata motivasi yang inspiratif, anda bisa dapatkan disini :
-------------------------------------------------------------------------- Motivasi Islam -------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------- Motivator Indonesia -------------------------------------------------------------------------- Salam Super Mario Teguh

Perjuangan ini tak lagi berarti

Selasa, 30 November 2010

Mungkin imanku sedang compang-camping...

Saat aku merasa apa yang ku lakukan bukan menjadi amal baik yang harus dikerjakan. Saat amanah yang membebani pundak ini, terasa begitu berat, membuat sesak. Saat tak ada lagi semangat dan azam yang melekat. Saat hanya ada kekecewaan yang terus kurasakan. Saat berkorban bukan kuanggap sebagai sebuah keniscayaan. Saat semua ini kurasa sia-sia, untuk diriku, untuk dakwah, bahkan untuk agama ini..

Lalu syetan menggoda-ku dari arah yang tak kukira. Ia bisikkan ku dengan kemalasan, lalu aku merasa nyaman. Lalu ia menggodaku dengan kesibukan pribadi, akupun menurutinya. Kemudian akupun lupa atas segala kewajiban yang belum sempat kutunaikan.

Lalu aku menganggap bahwa diriku adalah manusia biasa. Manusia biasa yang tak bisa luput dari dosa. Dan menganggap wajar kelemahan imanku. Akupun sering memaklumi setiap kelalaian demi kelalaian selama ini. Dengan dalih wajar, sangat wajar....

Lalu ku berdalih kecewa untuk meninggalkan semuanya. Ku meneriakkan beribu kebenaran, walau hati tak mengakuinya. Pembenaran demi pembenaran hanya kujadikan alasan untuk lari dari keadaan. Akupun ingin hidup tenang tanpa tuntutan...

Mungkin aku kehilangan orientasi....

Saat menunaikan amanah bukan menjadi prioritas fikirku. Saat meluangkan waktu untuknya tak cukup berarti bagi kebaikan diriku. Saat kerja keras dan pengorbanan hanya ada dalam cerita-cerita kepahlawanan. Dan disini, keadaannya biasa saja. Tanpa akupun semuanya akan baik-baik saja. Aku mengabaikannya, tak ada keburukan yang tercipta. Saat aku mengerjakannya, tak ada yang berubah. Hanya pekerjaan dunia yang tak cukup berharga. Tak cukup menebus pahala walaupun sebelanga.

Mungkin akupun berharap dihargai

Saat kerja-kerjaku tak dihargai, walau akupun tak berharap untuk diapresiasi. Saat mereka hanya menuntut kesempurnaan kerjaku. Padahal nyatanya, mereka pun tak memberi apa-apa untukku. Semua Kerjaku seakan ada celanya, selalu ada kekurangannya. Saat mereka diminta untuk membantu, mereka hanya menasihati agar aku berjuang dulu untuk menyelesaikannya. Dengan dalih demi kedewasaanku.

Tak pernah ada satupun perhatian mereka padaku. Saat kucoba melakukan segalanya untuk mereka, seringkali diabaikan. Cuek, tanpa perhatian. Saat kutanyakan apa saran dari mulut mereka, selalu berdalih akan difikirkan. Atau saat kutanya apa kabar mereka, tak pernah ada balasan. Saat kucoba berbuat banyak untuk mereka, tak pernah ada tanggapan. Bahkan seringkali mereka membalasnya dengan ketidakhadiran. Ahhh, rasanya segala kerjaku tak lagi mereka butuhkan. Akhirnya kuputuskan untuk pergi dan tak mau peduli.

Mungkin ego-ku terlalu berlebih....


Saat aku merasa lebih baik menyendiri. Mengabaikan amanah, lalu hilang pergi. Saat ku lebih memilih untuk mengabaikan uluran tangan meraka saat berjuang merangkulku. Saat ku pilih diam dan membisu atas pertanyaan apa keluhku. Saat ku tak lagi perdulikan mereka atas semua yang tercurahkan padaku. Lalu berkata dalam hati : Apa urusanmu?

Aku selalu berfikir : ternyata aku hanya menjadi orang yang dimanfaatkan. Terbukti saat mereka hanya menghubungiku saat butuh. Terbukti saat hanya ada waktu mereka bersamaku saat dituntut untuk bekerja. Terbukti saat semua pertanyaan yang mereka ajukan adalah tanya atas penyebab kelalaianku. Sungguh, mereka tak pernah memberi apapun yang menjadi hak-ku, dan hanya bisa menuntut tanggung-jawabku..

Aku tak lagi berfikir untuk menjadi orang yang pertama. Karna tak ada lagi slogan 'fastabiqul khairat' di hati mereka dan kita. Semua lalai mengerjakan segalanya. Amanah kian bertambah, dan kelalaian semakin mendunia.

Saat segala perjuangku, rasanya sia-sia...
Saat segala pengorbananku, tak ada artinya...

.............
Aku disini adalah kamu yang disana.
Mungkin suatu saat akupun akan mengalaminya.
Aku selalu mencoba untuk mengerti dirimu, namun selalu keliru.
Lalu kubiarkan waktu untuk menjawabnya, walau ku terus berusaha untuk memaksa mengungkapnya.

Sahabat, tak lagi berartikah perjuangan kita?
Semua tanya berkecamuk dalam dada.
Lalu hati hanya mampu berdo'a : semoga suatu saat hati kita akan terbuka.

Mungkin segalanya terjadi seperti ini karna kita sedang kehilangan motivasi dan orientasi. Maka hal sederhanya, cobalah untuk mengungkap hati dari diri sendiri. Jangan pernah menuntut orang lain untuk mengerti, kalau dirimu-pun tak pernah mengerti diri sendiri. Buatlah pertanyaan tentang apa yang membuatmu merasa begini dan begini. Lalu renungkan jawaban agar segala keresahan dan kekeliruan segera terselesaikan. Dengan hati yang khusyuk, dengan menundukkan ego dan dominasi ke-aku-an...

Renungkan, renungkan.....
Semoga Allah senantiasa membimbing hati kita. Agar kelak tak keliru dalam memikirkan, agar kelak tak salah saat merasakan....

Jatinangor, 25 November 2010
(Saat penyakit aku-pun menjangkiti diriku)

Izinkan Ku Menyendiri

Senin, 29 November 2010

Hari ini, terasa hambar dari segala yang dapat dirasakan. Rasanya hati tak lagi dapat mengecap semua hal yang berkecamuk dalam fikiran. Apa yang kita rasakan, sepatutnya tidak seluruhnya menjadi beban fikiran. Ya itu idealisme-ku dulu, bahkan sampai saat ini. Ketika ada hal yang mengusik dalam hati, membuat gelisah, kucoba selalu mengulangi kata itu dalam bisik. Kemudian memejamkan mata untuk memanipulasi keadaan agar lebih baik. Rasanya ingin merenung, kemudian terdiam dengan beribu pertanyaan....
Izinkan Ku menyendiri.
Saat ini, saat ku tak butuhkan teman untuk berbagi keluhan. Karna bukan hak semua orang untuk tahu apa yang aku rasakan. Walau dengan paksa, mulut ini akan selalu membisu saat mereka bertanya apa yang sedang menimpa-ku.

Izinkan Ku Menyendiri..
Saat kehadiranmu, dan mereka malah menjadi pengganggu kehidupanku. Aku hanya butuh waktu untuk menyendiri. Duduk menulis, memaksa memutar kata dalam otak, dan kemudian menumpahkan segala rasa dalam ke-abstrakan kalimatnya. Suatu saat, hanya menjadi coretan-coretan luka yang kembali menganga..

Izinkan Ku Menyendiri...
Saat tak ada lagi kata yang sanggup ku tulis. Dalam memoar yang tumpahkan tinta dalam ketidakjelasan ceritanya. Galau. Mungkin itu menjadi karakter yang terus melemahkan semua orang saat ini. Mencoba memahami tapi tak pernah bisa mengerti, lalu hilang pergi.

Izinkan Ku Menyendiri....
Saat waktu terus terbuang percuma dalam kegelisahan.
Determinasi. Mungkin tak butuh lama untuk mengembalikan semuanya.

Jatinangor, 29 November 2010. 10.55.43

Inspiring Event : SFT

Minggu, 21 November 2010

Akhir-akhir ini saya jadi sering termenung, sekaligus mengingat setiap jengkal perjalanan hidup yang telah terlewati.Teringat ketika mengikuti sebuah event Pelatihan "School For Trainer (SFT)" yang diadakan teman-teman kaderisasi BEM Kema FMIPA Unpad.

Bagi saya, event yang satu ini sungguh luar biasa. Karna saya merasakan dorongan yang begitu kuat untuk mewujudkan salah satu cita-cita saya yang terpendam. Ya, menjadi salah seorang motivator adalah cita-cita saya sejak SMP dahulu. Pertama kali yang terfikir saat itu, alangkah senangnya ketika kita dapat berbagi ilmu dan menjadi orang yang dapat menginspirasi orang lain untuk berubah. Mendorong orang lain untuk kembali membangun semangatnya. Bagaimana tidak, sepertinya pemuda saat ini banyak yang kehilangan mimpinya, lemah dalam memotivasi hidupnya. Dilihat dari banyaknya pengangguran yang merajalela, banyak pengamen, pengemis jalanan, remaja putus sekolah, dan banyak masyarakat bertahan pada kehidupan yang seadanya. Kalau dilihat dari realita, SDM di indonesia yang berkualitas sangat minim dan kurang memadai. Lalu, bagaimana negri ini diwariskan untuk hari nanti, jika pada saat mudanya kita tak cukup berprestasi untuk mengurusi diri mereka sendiri?

Ya, mungkin itu mimpi di masa lalu, dan saya harus berjuang mewujudkannya untuk masa depan! Seakan gelora terus membara, dan semangat kian mengalir hangat...

Di akhir acara, jadi teringat ketika harus mengantar pemateri pulang ke rumahnya. Ada sebuah hal yang terus mengalihkan perhatian saya. Saat itu saya merasa bingung untuk membangun komunikasi selama perjalanan. Karna rasanya cukup membosankan jika berkendaraan dalam diam. Pemateri yang saat pelatihan begitu bersahabat dan bersemangat, terlihat begitu lesu kelelahan. Ya, mungkin beliau terlalu memporsir waktu dan tenaganya dalam banyak training terkemuka, begitu fikir singkat saya. Hingga saat saya melaju dengan motor saat itu, hanya beberapa dialog singkat saja yang sempat terucap. Ternyata, seorang trainer motivasi pun dapat merasa lelah. Hal yang wajar saja, dan begitulah manusia.

Seorang trainer adalah orang yang dapat memanipulasi wajahnya saat di depan panggung. Ia dituntut untuk merubah wajah dari segala kelelahan, kelesuan, atau bahkan dituntut untuk melupakan segala masalah yang sedang dihimpitnya. Wajah optimis harus selalu ia hiasi, walaupun saat itu ia sedang dirundung ujian yang tak terperi. Tapi inilah yang membuat saya takjub. Ternyata dengan berbagi, kita dapat menjadi seorang yang begitu kuat walau pada dasarnya kita sedang melemah. Dengan berkumpul dengan banyak orang, ada energi luar biasa yang bisa membangkitkan semangat kita. Sungguh, berbagi itu luar biasa!!!

Cukup terasa manfaatnya saat bersama. Seringkali saat sakit menghimpit, saya menyengajakan menyibukkan diri dalam organisasi. Dan sungguh luar biasa, dalam beberapa agenda yang padat seringkali rasa sakit itu tak terasa dan terlupakan. Walau gerak sana gerak sini, rasanya seperti orang yang sehat saja. Dan anehnya, setelah pulang dan beristirahat, embali lagi rasa sakit itu merajalela. Entah mengapa, tapi begitulah adanya...

Lalu teringat, sewaktu mengejar waktu untuk tampil di tes ujian dalam training itu. Ketika setiap peserta diwajibkan untuk tampil menjadi pemateri layaknya sorang trainer, dan ini akan dijadikan salah satu syarat kelulusan pada training ini. Kami hanya diberi waktu yang singkat untuk menyiapkan segalanya. Cukup merepotkan. Apalagi dalam jeda itu, saya masih mengantar pemateri pulang ke rumahnya. Beginilah nasib kalau merangkap status peserta skaligus 'panitia'.. Hufhhh...

Dalam guyuran hujan di perjalanan, mencoba menguak inspirasi dalam otak. Bingung mau menyampaikan materi apa dalam tes nanti. Organisasi? atau motivasi??? Sepertinya materi tentang motivasi lebih menarik dibahas saat ini..

Yap, akhirnya ada judul materi yang menyeruak dalam benak. Judulnya : Membangun kekuatan dalam keterbatasan. Ya, lagi-lagi terinspirasi dari materi pagi tadi, yang mengisahkan tentang seorang pemuda yang lumpuh kakinya dan cacat tangannya. Lalu ia berusaha mengubah nasib, berjuang melawan realita, dan akhirnya ia berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidupnya dengan kemandirian. Bahkan ia menjadi salah seorang luar biasa melawan keterbatasannya. Bahkan menjadi seseorang yang tidak saya dapat bayangkan : menjadi trainer motivasi!! Luar biasa!!

Sepertinya hari itu penuh dengan motivasi. Walau lagi gak punya uang, walau harus hujan-hujanan, walau harus pulang malam, walau harus kecapean. Rasanya manfaatnya lebih banyak dari deritanya (duhh lebay banget kayaknya ya ^_^). Mudah-mudahan hari itu menjadi pijakan untuk masa depan, mencoba lagi hal baru, kemudian menjadi bekal untuk senantiasa memaksimalkan potensi yang ada. Namun,....

Hahh,, lagi-lagi ada mimpi yang terus menjadi misteri. Semakin banyak pilihan untuk masa depan. Menjadi trainer motivasi? Mampukah? Hanya do'a yang mengalun syahdu, dalam sujud panjang walau seringkali tak khusyuk. Rabb, temukan aku pada jalan yang terbaik untukku, demi masa depanku...

Catatan yang telah lama tersimpan dan belum sempat terselesaikan.
Akhirnya menemukan inspirasi untuk mengakhirinya..

Jatinangor, 21 November 2010, 20.20

Tentang Hati (Part. Laki-laki)

Sabtu, 20 November 2010

Berbicara tentang hati, berarti kita berdiskusi tentang perasaan. Setiap manusia pasti memiliki hati, karenanya sudah otomatis kita semua memiliki perasaan. Namun, sampai saat ini, terkadang kita masih sulit untuk dapat memahami bagaimana hati seseorang. Bahkan dari berbagai ilmu pengetahuan yang ada, rasanya masih sulit untuk mempelajari tentang misteri sebuah hati, itu yang saya rasakan.

Hati dan kelakuan (tingkah laku) mungkin dipelajari dalam ilmu psikologi. Namun tetap saja, bukan ilmu pasti. Ya, bagaimana tidak, setiap orang memiliki karakternya masing-masing, pantas saja sulit dimengerti.

Untuk dapat mengerti, kita perlu banyak pengalaman, turut menyertakan perasaan dari setiap perbedaan, perlu banyak belajar untuk mendengar, perlu banyak waktu luang untuk orang lain, perlu menahan ketidak-nyamanan saat orang lain berkeluh, perlu banyak hal. Pantas saja untuk mengerti seseorang sangat sulit, sangat rumit.

Tentang Hati Lelaki

Banyak wanita yang bilang kalau ternyata pada umumnya lelaki itu tidak peka. Hati lelaki itu keras, terbuat dari batu, bahkan ada yang lebih parah lagi bilang, Lelaki gak punya perasaan!! Huaahhh.... Iya gitu ya??? Sebagai lelaki saya tidak terima dibilang gt (he,,). Yah memang terkadang ada beberapa kaum adam yang kurang peka perasaannya. Namun memang begitulah adanya. Mungkin kalau benar begitu adanya, ada maksud Allah memberikan dosis "syaraf kepekaan" yang tidak terlalu tinggi, karna IA menginginkan akalnya lebih berfikir jernih agar tak mudah rapuh dibawa perasaan. Dan ini, yang menyebabkan seseorang lelaki umumnya lebih tegar dibanding perempuan. Karna kaum adam dialokasikan sebagai qawwan!

Sedikit mengungkap tentang hati lelaki :
1. Lelaki paling tidak suka dibilang bodoh akalnya dibanding buruk rupanya. Karna baginya, otak yang berisi lebih mulia dari wajah yang rupawan (Karna lelaki tidak suka bersolek ^^').
2. Rasa simpati akan meluluhkan keteguhan hati seorang lelaki. Sungguh, lelaki tak butuh simpati, tapi butuh dukungan. Jadi kalau menemukan seorang lelaki lagi lesu karna masalah yang menimpanya atau karena beban hidupnya, jangan tanya apa masalahnya lalu kau tumpahkan airmata karna iba kepadanya , tapi beri dia semangat untuk menjalaninya!! (ahh, lebay banget ini mah ^^').
3. Kalau merasa laki-laki tidak peka setelah diberi beberapa perhatian, bukan berarti ia mengabaikan. Tapi terlebih sering ia mencoba untuk memikirkan. Laki-laki memang sulit untuk merasakan, tapi kalau ada sesuatu benar-benar jadi beban fikiran.

Bersambung yah,, ^_^




Pagi Tanpa Inspirasi

Bakarlah pagi ini dengan semangat sehangat mentari.
Yang mampu menggetarkan arsy,
yang geloranya membangkitkan jiwa yang luluh dengan airmata.
Tiada kesedihan di hari ini,
karna kebahagiaan telah menanti siapa saja yang memulai berjuang di pagi ini...
Bismillah!!

Kembali berkutat dengan jejelan inspirasi yang muncul secara paksa. Merenung itu ternyata sulit juga. Setelah berfikir cukup lama, tetap tidak mendapatkan apapun untuk melanjutkan tulisan. Merajut mimpi, tak ayal hanya menjadi mimpi. Serasa pesimis untuk melanjutkan oase demi oase kata yang berujung pada kebuntuan. Setelah kemarin ada kesempatan buat nge-print dirumah, belum juga bergairah untuk dibaca. Tadinya berniat untuk mengkoreksi kekurangan kata yang ada, tapi saat ini masih saja sulit untuk melakukannya. Huufhhhh, ternyata menulis itu lebih sulit dibanding harus berkata..

Pagi ini kembali mencari inspirasi, mencoba merangsang syaraf melankolis di otak, karna biasanya lebih mudah menulis kalau perasaannya lagi bagus. Merenung, berfikir, berkata, lalu menuliskannya. Ahhh,, rasanya buntu sekali pagi ini, hingga memaksa terus menulis catatan ini agar melaksanakan target sehari minimal 2 tulisan. Ckckckk,, terlalu dipaksakan.

Ngomong-ngomong tentang keterpaksaan ada baiknya loh. Ternyata ada baiknya juga peribahasa 'paksa' dalam melakukan agenda-agenda kebaikan untuk kita.

"Jangan pernah merasa terpaksa untuk melaksanakan kebaikan dan manfaat, namun paksakanlah untuk melakukannya"

Kalau bertanya : Apa bedanya ya??
Ya jelas beda!

Bagaimana tidak, rasa terpaksa mengandung arti ada kecederungan hati untuk enggan melakukannnya, terpaksa karna paksaan dari lingkungan. Namun 'paksakanlah', bermakna dorongan dari diri sendiri untuk berjuang melawan keengganan dan kemalasan. Sehingga kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memulai kebaikan-kebaikan walau godaan syetan begitu menggiurkan. Beda kan??? ^_^

Sepertinya kita memang harus terbiasa mengganti kamus dalam hati, kembali menguatkan pondasi niat dalam dada : mengubah terpaksa menjadi paksakanlah!!! Yah, lebih baik memaksakan diri untuk senantiasa sibuk dalam kebaikan, karna kebaikan itu baik untuk kita. Ayo paksakan!! Bismillah...

Jatinangor, 20 November 2010, 7.10
(Mencoba membangkitkan motivasi yang telah lama hilang)

Tragedi itu, Membakar Hati (Part.2)

Jumat, 19 November 2010

Tragis. Apa salah keluarga saya, sampai ada yang tega berlaku sepicik itu. Bermain-main dengan dosa, bahkan nyawa. Tak habis fikir, terbuat dari apa nalurinya. Seseorang yang tega membakar rumah orang lain. Sebuah keluarga yang tidak berdosa dipermainkan nyawa-nya. Huhh!! ubun2 rasanya terbakar amarah, kalau bertemu orangnya sepertinya siap kutinjukan kepalan ini di depan keningnya... Astagfirullah.

Kebencian seperti apa yang ada pada diri mereka?
Rabb, beri mereka hidayah!!

Rasa kesal semakin memuncak, saat media menyangkut-pautkan tragedi ini pada agenda pilkada. Entah ada hubungannya atau tidak. Tapi tetap saya tak suka dengan cara mereka. Entah ditunggangi oleh kepentingan salah satu pihak, atau memang media terbiasa membesar-besarkan masalah..

Partai apakah mereka?
Bullshit!! Apa-apaan pemberitaan di media masa?
DEPOK – Polisi memeriksa tiga orang saksi dalam peristiwa pembakaran rumah milik Mutmainah Fitria kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kapolsek Pancoran Mas Depok AKP Ana Rohana mengatakan sejauh ini sudah memeriksa tiga orang saksi yang melihat kejadian secara langsung. Seluruhnya, kata Ana, adalah pemilik rumah.

“Kami baru tahap pemanggilan saksi – saksi, masih menyelidiki, ada tiga orang yang sudah kami mintai keterangan, yang melihat langsung saja,” tuturnya di lokasi, Selasa (19/10/10).

Pemilik rumah, Fitria membenarkan tiga Tempat Pemungutan Suara (TPS) di lingkungannya memenangkan pasangan Nur Mahmudi – Idris Abdul Somad. Salah satunya, kata dia, adalah TPS 21 yang memenangkan pasangan nomor urut tiga tersebut dengan selisih 20 suara dari pasangan lainnya.

“Memang disini ada empat TPS, tiga lainnya menang mutlak, yang satu menang tapi unggul tipis, tapi saya tidak tahu apa ini semua ada kaitannya sama politik atau tidak, kami menanggapnya musibah saja,” tutur Fitri.

Ketua Fraksi PKS DPRD Depok Supariyono menduga kuat pembakaran tersebut direncanakan. Hal itu, lanjutnya, sudah mencoreng komitmen pemilukada damai yang ditandatangani seluruh calon.

“Ada yang merencanakan, ada indikasi provokasi dengan tujuan mengacaukan Pemilukada,” tandas Supariyono. (sumber lain : okezone, kompas, republika)
Ahh, semakin benci saja saya kepada para politisi di negri ini. Selalu mengambil celah untuk menarik simpati. Selalu dibesar-besarkan untuk kepentingan publik. Naudzubillah.. husnudzon sepertinya sangat sulit dilakukan saat ini. Walaupun memang ada pihak yang bermaksud bertindak jahat, ya toh, jangan disangkut2kan untuk partainya donk. Wong kader di rumah itu cuma satu orang, kenapa malah mengeneralisir seperti itu.

Kalau memang benar karna ada pihak yang tidak suka karna kekalahannya dalam pilkada, saya tambah tak habis fikir. Apa hubungannya dengan kekuasaan mereka? belum jadi pemimpin saja suda bertindak aniaya. Demi kekuasaan dan tahta yang mereka incar, mereka menyulut dosa di keluarga yang tak ada hubungannya apa-apa. Salahkah??

Politisi di negri ini membuat saya semakin benci.
Semua penuh rekayasa sosial, dan seringkali mengorbankan rakyat yang tak tahu apa-apa.
Tidakkah begitu menakutkan neraka di hadapan mereka?
Tidak takutkah mereka ketika Allah telah murka?
MUngkin dunia telah membuatnya gila
Sehingga tak lagi memahami yang benar ataupun yang salah.

Naudzubillahi min zalik..


(Rumah yang teduh tiada berdosa, tinggal puing sebagiannya)

Jatinangor, 19 September 2010
(Semoga Allah senantiasa melindungi jiwa-jiwa yang tak berdosa)

Hanya Mimpi, Sebatas Janji


Dulu cita-cita kita sama, membangun mimpi melawan realita
Kau punya bagianmu, kupunya urusanku

Kamu dan bagianmu, menyiapkan pondasinya agar tak mudah runtuh
Aku, ada urusanku, mengurusi sebagiannya agar tak terlihat kumuh

Lalu kita sama-sama berjuang

Melewati pintu dan lorong yang berbeda

Jalanmu gelap, akupun juga

Tak ada lilin yang menemani perjalananmu

Dan aku hanya mampu membisu

Karna waktuku, tak lagi cukup untukmu.


Dulu, sewaktu kita bersama mengikat janji

Di bawah teduhan bunga dan mentari

Kau kaitkan kata, dan kita rajut cerita

Dalam mimpi yang kita bangun setia
Namun kini, tinggal percuma.

Dulu, dan mungkin sekarang kita lupa

Saat kita getarkan ikrar dalam dada

Berjanji agar setia selamanya

Masalahmu, juga urusanku

Tak ada benteng yang menghalangi tanggung jawab kita

Namun kita, kini berjalan menyendiri seadanya.

Lalu rindu mempertemukan kita
Menyadarkan jiwa yang tergelepar dan terkapar

Bahwa kita tak bisa melewatinya tanpa bersama

Lalu kita akan semakin terluka

Dan berpisah pada jalan yang berbeda,

hanya akan membuat luka yang lebih menganga.


Lalu badai menguji persahabatan kita

Ego yang kupunya, kian terkikis termakan habis.


Saat ukhuwah tak seindah perbedaan warna

Saat rasanya, ibarat madu yang tiada getir

Ibarat lebah yang hanya diambil madunya
Ibarat lintah yang hanya menghisap darahnya


Lalu, nasihatmu ibarat candu.

Menawarkanku disaat menggerutu.


Karna ukhuwah tak semanis madu,

yang manis rasanya, tanpa getir yang tersisa.

Karna ukhuwah tak segelora darah

yang semangatnya, tak pupus memerah.


Jatinangor, 19 November 2010
(Saat ukhuwah padam, kemudian hilang diterpa zaman)

Dilema : Segitiga

Kamis, 18 November 2010

Kau punya cerita, akupun juga
Kau punya mimpi, aku begitu pula
Dalam mimpiku, ada ceritamu
Dalam ceritamu, ada pula mimpiku

Kita sama, tapi sungguh jauh berbeda
Kau disini, aku disana.
Bersama merajut cerita dan mimpi walau tak mampu bersama.

Terkadang kau marah, merasa diri paling terluka
Segenggam janji tak membuatmu terpana
Melupakan setiap kelu dan tanya
Namun biarlah, mungkin memang kau sengaja
Membuatku bingung hilangkan suka

Kubuka jendela, di pagi itu
Menatap, meratap, kemudian menghilangkan perasaan seharian
Membenamkan harapan, lalu pergi tanpa kejelasan

Kau tak pernah tahu, sore itu.
Saat kita sama-sama mengikat janji
Dibawah bougenville yang berduri
Seikat jemari, sepasang lingkar tak berarti
Mengait jemari, lalu kau pergi
Sendiri, akupun menyepi.

Jemari memaksaku untuk menuliskan namanya disini.
Dengan tinta merah dan sebuah tanda : cinta.

Jatinangor, 18 November 2010
(Aku tak tahu apa yang kutulis disini)

Satu Mimpi, di Sebuah Negri (Part.1)

Berharap seperti angin yang mampu brgerak kencang, namun dapat berhembus lembut memberikan udara segar. Selalu bergerak tak kenal lelah, memberi nafas harapan pada jiwa yg lunglai trengah-engah. Ingin rasanya menjadi jiwa yang menjadi harapan, karna hidup ini masih panjang...

Aku tak pernah bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini, apalagi harus memiliki ambisi pribadi. Namun semua yang terlihat, sepertinya tidak berlaku jinak. Semua, bahkan terlihat sampai pada kondisi bangsa yang sekarat. Brutal rasanya menjadi kamus wajib bangsa, karna tak ada lagi kenyamanan hidup dalam menghirup udara. Semua seakan bertindak membabi buta, tak pedulikan sekelilingnya yang kian merana..

Ketika jabatan menjadi pertaruhan, harga diri bahkan diperjual belikan. Tampuk kekuasaan ibarat lotre yang menjadi antrian, ditunggu dan dinanti dengan banyak kepentingan. Entah apa yang menjadi motivasi para pemimpin di negri mimpi ini. Semua seakan acuh, tak sadar bahwa dirinya adalah harapan bangsa. Tak ada yang istimewa dari permainan politik mereka. Semua hanya rekayasa sosial yang diagungkan. Visi misi seakan hanya menjadi lembaran mimpi. Tak kerap hanya dijadikan komoditas kampanye belaka. Susah payah mendapatkan jabatan dan kedudukan. Namun setelah terpilih, malah banyak menciptakan kekecewaan.

Ahh, ingin rasanya terus menyalahkan pemimpin di negeri ini. Namun apakah itu cukup berarti??

Bukan saatnya mengutuk keadaan, karna kitalah generasi harapan. Bersiaplah untuk berjuang, walau harus berkorban. Tak perlu menjadi pahlawan, apalagi hanya untuk dikenang. Suara kita, jasad, dan semangat yang membara siap menjadi gaung yang siaga untuk mengatakan TIDAK pada setiap bentuk kedzaliman. Pada siapapun itu ditujukan, bahkan kepada para yang dimuliakan dengan jabatannya.

Kilatan pedang memang menyakitkan,
Namun kekuasaan yang disalah-gunakan lebih mematikan.
Perjuangan tak kenal waktu,
Karna setiap desah adalah perjuangan kehidupan

Siapa yang menuntut keadilan, Dia harus melawan
Karna keadilan hanya untuk orang-orang yang tak gentar melawan kedzaliman.

Disini langit kami, tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya, tanah kami subur tua
Di negri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja

Mereka dirampas haknya,
tergusur dan kelaparan
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan rakyat

Mereka dirampas haknya, tergusur dan kelaparan
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji(Darah Juang)

Jatinangor, 18 November 2010

Jika Politik Jadi Pilihan (Bag.1)

Rabu, 17 November 2010

Hah,, sepertinya melihat potret keseharian bangsa tak ubahnya seperti melihat sejarah kelam dari masa yang semakin suram.Kondisi tanah air yang memilukan. Jadi rindu dengan Rasulullah, rindu dengan perjuangannya yang mampu merubah situasi jahiliyyah menjadi ilahiyyah. Memutar 180 derajat peradaban kearah kemuliaan zaman. Andai saja sosok beliau ada yang meneladani saat ini, pasti langsung ditunjuk menjadi pemimpin di negri ini cukup dengan aklamasi. Namun, realita menyadarkan bahwa kita hidup jauh ratusan tahun dari zaman nubuwwah. Yah,, hanya bisa berharap saja.

Mari kita berkaca akan potret bangsa. Tak ubahnya lotre pacuan kuda, semua partai berlomba duduk di bangku kekuasaan. Mungkin dengan berbagai cara, baik yang halal ataupun yang haram bukan menjadi pilihan, semua dianggap hal yang wajar untuk diusahakan. Dana Kampanye tidak lagi mengenal uang haram ataupun halal, yang dikenal hanya dua mata uang : yang asli atau palsu. Selagi uang itu asli, ya berarti bisa digunakan untuk apa saja, yang penting bisa menang pada pemilu.. Hmmm,, begitu ya.

Berada pada bangku kekuasaan, ibarat berada pada lingkaran setan. Mereka yang berhati suci, terkadang mudah terpengaruh dan terkotori. Suap sana, suap sini. Semua hati, apalagi nurani sudah tertutupi oleh ambisi pribadi. Motivasi membangun negri, akhirnya terkubur kaku tergantikan untuk membangun rumah sendiri. Soal gaji, silakan dinikmati. Kalau kurang fasilitas, tinggal mark up anggaran buat kesejahteraan anggota dewan.. Mahkota menjadi dewa, Nafsu dunia semakin merajalela. Ah,, gila memikirkannya. Jadinya buat apa memikirkan kekuasaan, kalau malah menjerumuskan kita pada kehancuran...??

Sejujurnya, sampai saat ini saya masih pesimis dengan semua partai politik yang ada, termasuk parpol dengan embel-embel partai islam. Semua ditunggangi dengan kepentingan golongan. Mau bukti?? silakan analisa lebih dalam.. Kalau dalam masalah furu' dalam ibadah bolehlah kita berbeda, karna memang ada perbedaan dalam pemahaman mazhab dan sebagainya. Tapi kalau masalah politik bangsa, apakah kita juga memilih untuk berbeda? lalu sampai kapan umat ini akan bersatu membereskan permasalahan bangsa? Kalau untuk menyatukan suara dalam 'kampanye kebaikan' kita tak ada satu suara yang sama?

Saya jadi sering bertanya-tanya pada para pemuka politik muslim : Sudahkah mereka mencoba meyatukan visi misi dan langkah untuk bergerak bersama dalam kancah pemerintahan? Atau mereka memang benar-benar hanya membawa misi dan ambisi golongan? Bukankah strategi politik rasulullah dahulu juga menyatukan muhajirin dan anshar?? Lalu mengapa kita selalu memilih berjalan sendiri-sendiri, seakan mereka bukan saudara-saudara seiman kita?? seakan mereka tak memiliki visi dan misi yang sama? Atau memang begitu adanya???

Entah kepentingannya apa, entah pertimbangannya apa. Sampai saat ini saya benar-benar tak dapat mencerna apa yag mereka perjuangkan dari dakwah ini. Hingga saya mengamini bahwa semuanya tidak ada yang benar-benar berjuang untuk rakyat. Masa pemilu dijadikan obral janji, setelah terpilih, eh malah bikin sakit hati. Begitulah mentalitas pemimpin negeri ini, semua pandai berdongeng, apalagi membuat rekayasa politik dan sosial untuk mengelabui rakyat. Sudah pendidikan masyarakat tidak begitu memadai, malah dibodoh-bodohi.


Sebagian besar dari kita setuju berpendapat, saatnya islam menguasai tampuk kekuasaan. Demi dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Dakwah siyasi harus segera digulirkan melihat kondisi bangsa yang semakin termakan oleh ahli thagut dan syetan. Korupsi merajalela, hukum ibarat permainan penguasa. Tak ada yang benar-benar baik di negeri ini. Namun, apakah semua permasalahan bangsa dapat terjawab sebelum kita sama-sama menyatukan langkah?

"Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..."

Tulisan ini pun saya yakin tidak menjadi solusi, mungkin malah tambah bikin sakit hati. Biarlah, hanya sebatas meluapkan perasaan diri sendri. Entah benar atau tidak, suka atau tidak. Biarlah semua memiliki pandangannya masing-masing. Mudah-mudahan kedepan kita semua dapat menyatukan pandangan, sehingga tak ada kabut lagi yang menutupi kebenaran. Wallahu 'alam.


Jatinangor, 21 Juli 2010
(Saat politik terlihat membusuk oleh ketamakan)


Tragedi Itu, Membakar Hati!!

Selasa, 16 November 2010

Jatinangor, 19 Oktober 2010 - Pukul 03.00, dering Hp berbunyi berkali-kali, aku sudah biasa menganggapnya sebagai alarm untuk membangunkanku di subuh hari. Tak ada yang istimewa dari dering itu, saat memang benar-benar merasa kantuk, sudah biasa aku hiraukan bunyi itu sampai jam 5 nanti. Kecuali kalau aku sebelumnya berniat untuk bangun tahajud, biasanya mendahulukan mengenyam mimpi sebelum dini hari.

03.45, aku teringat belum mengerjakan tugas kuliah malam tadi. Seharusnya malam ini aku begadang untuk menyelesaikannya, namun karna kantuk yang tak tertahankan lagi, tanpa tersadar sudah menyenderkan diri di kasur, terlelap dalam dunia mimpi yang tenang. Akhirnya, sontak terbangun dan memaksakan diri untuk mengucek mata yang kadang masih berkedip menahan kantuk. Alarm berbunyi lagi, akhirnya mampu membujuk tangan ini untuk meraihnya, sekedar melihat jam berapa sekarang. Namun kaget tak bisa terelakkan, karna melihat sederet daftar telepon masuk dari beberapa saudara. Huffhhh,, ada apa ini, subuh-subuh sudah banyak yang telepon. Karna diluar kebiasaan, perasaan tak enak akhirnya datang. Ada rasa was-was takut ada sesuatu yang menimpa keluargaku di rumah sana.

Akhirnya jemari segera mencari nomer telepon di contact HP, dan dengan segera memencet 'call' untuk menghubungi saudaraku tadi. Tittt.... tiittt... Sudah berkali-kali nada tunggu ini berulang, namun tetap tak ada jawaban. Rasa was-was kian memuncak, pertanyaan-pertanyaan tak wajar kian bergumul dalam benak, ada apa disana??? Hati-pun lirih berdo'a : Ya, Allah lindungi keluarga hamba, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa..

Berkali-kali aku mencoba menelepon saudara di rumah dengan nomer pemilik yang berbeda, namun tetap tak ada jawaban, hanya bisa pasrah sambil menunggu telepon masuk berikutnya. Tiba-tiba nada dering berbunyi, namun yang ini dari saudara-ku di Pekanbaru, kakak iparku. Hahhhh????? Rumah Kebakaran??? Ya, Rabb.. Lindungi keluarga hamba!!.... (bersambung..)


Inspirasi Hujan

Sesejuk hujan sore ini, gemerciknya basah hingga menyuburkan. Kuntum tetumbuhan yang layu, tersapu hangat oleh guyuran yang menyejukkan. Siklus yang tak pernah berakhir, walau harus lewati setiap perbukitan hingga lautan. Lalu menguap, kembali turun berikan manfaat kehidupan.

Dalam setiap tetesan, ada aroma yang pekat. Berbau debu . Seringkali membentur tanah tandus, hingga kemudian basah subur tertumbuk pupuk alam yang tak pernah habis. Rintik yang perlahan, membanjir jika alam sudah mulai tergoyah. Bandang, bahkan tsunami menggertak, menandakan amarah yang memuncak. Kelembutan adakalanya dapat menghancurkan jika terus diabaikan. Jangan salahkan alam yang berjuang mempertahankan keseimbangan, karna ia pun makhluk tuhan. Yang menuntut keadilan atas segala pengrusakan.

Seringkali kita hanya bisa menyalahkan, tanpa mau instrospeksi atas setiap kebodohan yang kita lakukan. Guyurkan kepalamu pada hujan!! Jika ia terus bertindak bingar, apalagi terlalu sombong untuk mengakui keangkuhan.


Hujan sore ini merintik perlahan.
Lalu kian deras, menderu bising diterpa angin....


Depok, 16 November 2010
(Saat rintik hujan lelah menggelitik)

Yang Dinanti, Yang Kucari.....

Minggu, 14 November 2010

Jatinangor, sebuah kota yang tak pernah kuimpikan. Tak pernah terbayangkan untuk merajut kehidupan di kota kecil ini. Memulai amanah dengan status mahasiswa, dan kemudian lagi-lagi tak bisa melepas diri dari kehidupan organisasi. Dulu, sewaktu lulus SMA, aku pernah menekadkan diri untuk hidup murni sebagai mahasiswa, tanpa embel-embel kesibukan organisasi. Sempat pula berjanji kepada kedua orangtua, tak akan lagi menginjakkan kaki dalam amanah yang menyibukkan ini. Karna sewaktu SMA dulu, totalitas pada organisasi membuatku banyak teralihkan dalam amanah akademik. Dan kini, malah terlalu dalam masuk kedalamnya. Lagi-lagi tidak dapat melepas diri...

Jatinangor, kota yang penuh debu. Hiruk pikuk kendaraan semakin terdengar kencang. Kota yang dipaksa padat karna banyaknya pendatang. Dan terlihat seperti kota mati ketika bulan-bulan liburan tiba. Setelah kurang lebih 3 tahun disini, cukup banyak kenangan yang membekas, walaupun tidak semuanya menyenangkan. Bahkan, lebih banyak catatan penderitaan dibanding kesenangan. Duhh, rasanya tidak mudah mencari kebahagiaan. Tak mudah dapatkan senyuman, apalagi dalam kesendirian.

Tidak semua orang mengetahui secara pasti sejarah privasi orang lain, masalah demi masalah yang dihadapinya, ataupun ujian-ujian yang menimpa teman dekatnya. Dan mungkin, setiap orang merasa jalan hidupnya adalah jalan cerita yang paling istimewa, karna memang kita sendiri yang menjadi pemerannya. Pun dengan saya, setelah sekian lama mengundang nasib di kota ini, tak ubahnya sebagai aktor kehidupan yang sedang melewati masa aktingnya. Terus berperan, sampai kematian menjemput.

Terkadang saya ingin bercerita tentang diri sendiri. Namun bingung kepada siapa selayaknya kotak pandora ini harus saya buka. Rasa-rasanya belum ada orang yang pantas membaca segala sejarah masa lalu saya. Baik itu baik, ataupun buruknya. Mungkin belum menemukan orang yang memang pantas untuk dijadikan sebagai tempat berbagi pengalaman, ataupun kegelisahan. Akhirnya kembali menyepi, lagi-lagi seorang diri.....


Setiap orang memiliki masa kelamnya masing-masing. Adakalanya kegelapan menyelimuti, atau bahkan masa lalu yang membisu senantiasa membuat kita merasa dungu. Entah karena kebodohan, atau karna takdir yang memaksa kita membuat sejarah itu. Entahlah, skenario-Nya sungguh tak kumengerti. Masa depan yang yang belum nyata tergambar, walaupun aku berusaha tuk melengkapi puzzle misteri nasib ini.

Kian dewasa, mungkin seringkali kita menemukan seperti apa dan siapa diri ini. Namun tetap saja, jalan kebuntuan selalu memaksa diri membuka jalan baru yang tak kumengerti. Akan seperti apa pencarian ini berujung. Masa depan, jodoh, bahkan takdir dunia belum tergambar jelas dalam realita.

Aku ingin selalu berdo'a agar mendapatkan yang terbaik. Namun lagi-lagi, adakalanya Allah menangguhkan kebaikan utuk kita di dunia, dan sedikit memberikan cobaan dan ujian agar kita bertambah dewasa, bertambah keimanannya. Atau adakalanya ia menggantikan hal yang kita anggap baik dengan sesuatu yang lebih baik di mata-Nya. Biarlah segala keresahan, gundah gulana, ataupun permasalahan membanjir, agar airmata ini berguna untuk menangisi kekurangan diri ini, agar senantiasa hati selalu introspeksi, agar jiwa-jiwa lemah ini tak mati.. Biarlah-biarlah skenario-Nya yang menjawab semua pertanyaan ini :

Seperti apakah aku nanti?
Bagaimanakah ku akan mati??
Lalu mampukah kumenjemput bidadari di Syurga-Nya nanti
Bertemu dengan-Nya, bercengkrama dengan-Nya?

Ingin kusimpan dalam-dalam pertanyaan ini. Dan selalu selalu berusaha untuk memastikan jawaban dengan amal-amal nyata. Dengan do'a walau seringkali tak khusyuk, dalam sujud yang tertunduk. Yang kunanti, yang kucari...

Harus kemanakah ia kucari,, Yaa Rabbi??....



Dunia Yang Asing

Saat peradaban mulai meminggir dari kemuliaan
Banyak hal yang terserak berantakan
Seakan puing moralitas sudah biasa menjadi debu
tidak begitu diperhatikan, bahkan sebaliknya :
Dianggap hal yang keji.

Tirani kian merajalelaNafsu menjadi dewa.
Dan kini hanya banyak orang yang bisa mengumpat
Banyak yang terlalu pintar untuk berpendapat
Namun sedikit yang bisa berbuat
Berbuat, lalu memberi manfaat

Dunia seakan menggila sepertinya
Para pemuda telah rusak moralnya
Orangtua, malah surut untuk bertindak bijaksana..
Tak ada kata kerjasama
Dan kita, hanya saling mencela...

Lagi-lagi atmosfir ini membuat pikiran mual
Semua, bahkan saya yakin tak ada satupun yang merasa nyaman
Mereka yang bekerja di perkantoran,
ataupun yang hidup dijalanan.
Bahkan tak ada binatang pun yang dapat hidup tenang..
Tak ada lagi kehidupan yang diimpikan
Karna mimpi telah mati dari pengharapan.
Lagi-lagi nyawa telah banyak dipertaruhkan.
Demi mengobati keputus-asaan..

Dunia kita, saat ini berubah menjadi neraka
Tak ada lagi keindahan
Yang ada hanya fatamorgana yang memabukkan
Semakin diminum, semakin menambah dahaga
Tak pernah puas bahkan
Tak ada lagi makanan yang terasa lezat untuk dihidangkan.
Semuanya menjadi racun,
dan kemudian mematikan.

Ini salah siapa???
Jangan hanya menyalahkan penguasa
apalagi rakyat jelata..
Karna kita semua memegang andil dalam setiap kerusakan
Dan kini, kita pula yang menjadi juru kunci dari setiap perubahan.
Jika memang tak bisa menanggung sepenuhnya,
Lebih baik mengusahakan untuk menanggung sebagiannya..

Jatinangor, 13 November 2010
(saat dunia semakin membuat pikiran penat)

Mimpi lagi.... Gratis siihhh...

Senin, 01 November 2010

Mungkin ada beberapa mimpi yang belum benar-benar kita fahami. Seringkali apa yang kita cita-citakan menjadi sangat sulit untuk direalisasikan. Apa yang kita inginkan harus sesuai keadaaan, atau dalam pilihan lain, ketika kita harus memaksakan : kita harus berjuang melewati kemampuan.....

Duhh,, masih bingung bagaimana menfokuskan diri pada potensi-potensi yang ada. Sepertinya dari kecil sudah banyak dihadapi dengan banyak pilihan. Tapi saat memilih, tidak pernah dikembangkan dengan fokus. Sehingga tak ada prestasi yang memuaskan..

Memang ada beberapa mimpi yang saat ini menggelayuti. Entah mana yang harus saya pilih. Masih ragu untuk menentukan profil di masa depan. Mungkin harus banyak merenung, atau lebih tepatnya : menganalisa potensi-potensi yang ada.

Jadi ingat dulu, sewaktu masih SD, sering membiasakan diri mencoret-coret lembar di buku sekolah. Ada beberapa gambar aneh yang saya lukis kalau lagi bosan mendengarkan guru 'berceramah'. Kadang mencoba menulis huruf atau kata dengan bentuk yang berbeda. Mungkin dulu saya bercita-cita menandingi Microsoft Office dengan banyak pilihan jenis huruf. Atau sekedar menggambar muka dari tokoh kartun di film dragon ball atau detective conan.. Ya kebiasaan itu cukup menghasilkan ketika saya menjadi delegasi dari sekolah untuk menjadi peserta Lomba Menggambar antar sekolah. Namun tetap saja prestasi itu masih terbilang 'nanggung', hanya berhasil mendapatkan juara 2 pada tingkat kecamatan..

Selanjutnya, saya juga begitu senang untuk mengukir tulisan arab hingga membentuk kaligrafi. Kalau sedang iseng kadang menulis nama sendiri di buku sekolah. Di TPA juga senang membiasakan diri menulis kata-kata dalam iqro, dan akhirnya terlatih untuk membuat kaligrafi. Lagi-lagi prestasi tanggung bertambah saat mengikuti Lomba Kaligrafi antar TPA se-jak sel, alhamdulillah dapat juara 1, tapi cukup sampai disitu.

Di akhir bangku sekolah dasar ada lomba lagi, tapi yang ini beda bidang. Sebenarnya gak terlalu bisa juga dalam bidang ini : Lomba Pidato antar TPA. Sebenarnya dulu motivasi ikutan lomba ini karna kakak pengajar di TPA mengiming-imingi saya dengan bajunya yang bergambar chinmi, dulu seneng banget tuh sama kaosnya. Akhirnya saya pun lebih tertarik untuk mengikuti lomba pidato ini. Singkat cerita dengan latihan-latihan sederhana, akhirnya mampu juga menyabet Juara I lomba tingkat kota ini..

Eh, sebentar, pernah juga berkecimpung dalam dunia tarik suara,, bukan vokalis group band tapi lebih tepatnya menjadi munsyid cilik, heheee.. Dulu sempet megang rebana, tapi di akhir2 tahun menjadi vokalis dengan suara hambar saya. Ga tau juga kenapa bisa dipilih ya?? hahaaaa...

Di bidang olahraga sempet menekuni dunia tenis meja. Maklum, kalau kata orang keluarga saya keluarga besar tenis meja. Apalagi di samping rumah terdapat meja pinpong yan membuat kami sekeluarga bisa rutin olahraga. Kadang kalau maen dengan ayah, suka diiming-imingi dengan hadiah kalau bisa menang darinya. Ada kalanya menang, lebih sering kalahnya. Menang juga karna di pur same poin 10,, (Ya iyalah bisa menang, hahahaaa)..


Bersambung ya.....

Karya

Meminang Bidadari Kisah tentang perjuangan untuk bisa belajar mencintai dan berkorban. Pertaubatan seorang WTS untuk menemukan cinta sejatinya, dan penerimaan seorang lelaki sholeh kepada seorang pendamping hidup yang memiliki masa lalu yang kelam. (Baca Selengkapnya)
Merajut Mimpi Merenungkan kehidupan berarti menemukan pertanyaan dan berupaya memberi jawaban terhadap pertanyaan yang muncul di atas nalar manusiawi. Banyak sekali pertanyaan yang perlu di jawab demi mengungkap keber-makna-an kehidupan kita. Makna adalah "makanan" dari nalar manusia.. Maka maknai kehidupan kita, agar setiap hembusnya memilki arti untuk dipahami..” (Baca Selengkapnya)
4 Musim Cinta Kisah berlatar negri jerman, tepatnya di kota Heidelberg. Kota yang dikenal sebagai kota paling romantis di negri jerman. Tentang kisah hidup seorang Alysha (Mahasiswi berprestasi dan agen intelegen) menemukan cinta, jalan hidup dan Tuhannya. (Baca Selengkapnya)
 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.