Berharap seperti angin yang mampu brgerak kencang, namun dapat berhembus lembut memberikan udara segar. Selalu bergerak tak kenal lelah, memberi nafas harapan pada jiwa yg lunglai trengah-engah. Ingin rasanya menjadi jiwa yang menjadi harapan, karna hidup ini masih panjang...
Aku tak pernah bermimpi menjadi pemimpin di negeri ini, apalagi harus memiliki ambisi pribadi. Namun semua yang terlihat, sepertinya tidak berlaku jinak. Semua, bahkan terlihat sampai pada kondisi bangsa yang sekarat. Brutal rasanya menjadi kamus wajib bangsa, karna tak ada lagi kenyamanan hidup dalam menghirup udara. Semua seakan bertindak membabi buta, tak pedulikan sekelilingnya yang kian merana..
Ketika jabatan menjadi pertaruhan, harga diri bahkan diperjual belikan. Tampuk kekuasaan ibarat lotre yang menjadi antrian, ditunggu dan dinanti dengan banyak kepentingan. Entah apa yang menjadi motivasi para pemimpin di negri mimpi ini. Semua seakan acuh, tak sadar bahwa dirinya adalah harapan bangsa. Tak ada yang istimewa dari permainan politik mereka. Semua hanya rekayasa sosial yang diagungkan. Visi misi seakan hanya menjadi lembaran mimpi. Tak kerap hanya dijadikan komoditas kampanye belaka. Susah payah mendapatkan jabatan dan kedudukan. Namun setelah terpilih, malah banyak menciptakan kekecewaan.
Ahh, ingin rasanya terus menyalahkan pemimpin di negeri ini. Namun apakah itu cukup berarti??
Bukan saatnya mengutuk keadaan, karna kitalah generasi harapan. Bersiaplah untuk berjuang, walau harus berkorban. Tak perlu menjadi pahlawan, apalagi hanya untuk dikenang. Suara kita, jasad, dan semangat yang membara siap menjadi gaung yang siaga untuk mengatakan TIDAK pada setiap bentuk kedzaliman. Pada siapapun itu ditujukan, bahkan kepada para yang dimuliakan dengan jabatannya.
Kilatan pedang memang menyakitkan,Namun kekuasaan yang disalah-gunakan lebih mematikan.
Perjuangan tak kenal waktu,
Karna setiap desah adalah perjuangan kehidupan
Siapa yang menuntut keadilan, Dia harus melawan
Karna keadilan hanya untuk orang-orang yang tak gentar melawan kedzaliman.
Disini langit kami, tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya, tanah kami subur tua
Di negri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya,
tergusur dan kelaparan
Bunda relakan darah juang kami
Untuk membebaskan rakyat
Mereka dirampas haknya, tergusur dan kelaparan
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji(Darah Juang)
Jatinangor, 18 November 2010
0 komentar:
Posting Komentar