Post Update :

Jika Politik Jadi Pilihan (Bag.1)

Rabu, 17 November 2010

Hah,, sepertinya melihat potret keseharian bangsa tak ubahnya seperti melihat sejarah kelam dari masa yang semakin suram.Kondisi tanah air yang memilukan. Jadi rindu dengan Rasulullah, rindu dengan perjuangannya yang mampu merubah situasi jahiliyyah menjadi ilahiyyah. Memutar 180 derajat peradaban kearah kemuliaan zaman. Andai saja sosok beliau ada yang meneladani saat ini, pasti langsung ditunjuk menjadi pemimpin di negri ini cukup dengan aklamasi. Namun, realita menyadarkan bahwa kita hidup jauh ratusan tahun dari zaman nubuwwah. Yah,, hanya bisa berharap saja.

Mari kita berkaca akan potret bangsa. Tak ubahnya lotre pacuan kuda, semua partai berlomba duduk di bangku kekuasaan. Mungkin dengan berbagai cara, baik yang halal ataupun yang haram bukan menjadi pilihan, semua dianggap hal yang wajar untuk diusahakan. Dana Kampanye tidak lagi mengenal uang haram ataupun halal, yang dikenal hanya dua mata uang : yang asli atau palsu. Selagi uang itu asli, ya berarti bisa digunakan untuk apa saja, yang penting bisa menang pada pemilu.. Hmmm,, begitu ya.

Berada pada bangku kekuasaan, ibarat berada pada lingkaran setan. Mereka yang berhati suci, terkadang mudah terpengaruh dan terkotori. Suap sana, suap sini. Semua hati, apalagi nurani sudah tertutupi oleh ambisi pribadi. Motivasi membangun negri, akhirnya terkubur kaku tergantikan untuk membangun rumah sendiri. Soal gaji, silakan dinikmati. Kalau kurang fasilitas, tinggal mark up anggaran buat kesejahteraan anggota dewan.. Mahkota menjadi dewa, Nafsu dunia semakin merajalela. Ah,, gila memikirkannya. Jadinya buat apa memikirkan kekuasaan, kalau malah menjerumuskan kita pada kehancuran...??

Sejujurnya, sampai saat ini saya masih pesimis dengan semua partai politik yang ada, termasuk parpol dengan embel-embel partai islam. Semua ditunggangi dengan kepentingan golongan. Mau bukti?? silakan analisa lebih dalam.. Kalau dalam masalah furu' dalam ibadah bolehlah kita berbeda, karna memang ada perbedaan dalam pemahaman mazhab dan sebagainya. Tapi kalau masalah politik bangsa, apakah kita juga memilih untuk berbeda? lalu sampai kapan umat ini akan bersatu membereskan permasalahan bangsa? Kalau untuk menyatukan suara dalam 'kampanye kebaikan' kita tak ada satu suara yang sama?

Saya jadi sering bertanya-tanya pada para pemuka politik muslim : Sudahkah mereka mencoba meyatukan visi misi dan langkah untuk bergerak bersama dalam kancah pemerintahan? Atau mereka memang benar-benar hanya membawa misi dan ambisi golongan? Bukankah strategi politik rasulullah dahulu juga menyatukan muhajirin dan anshar?? Lalu mengapa kita selalu memilih berjalan sendiri-sendiri, seakan mereka bukan saudara-saudara seiman kita?? seakan mereka tak memiliki visi dan misi yang sama? Atau memang begitu adanya???

Entah kepentingannya apa, entah pertimbangannya apa. Sampai saat ini saya benar-benar tak dapat mencerna apa yag mereka perjuangkan dari dakwah ini. Hingga saya mengamini bahwa semuanya tidak ada yang benar-benar berjuang untuk rakyat. Masa pemilu dijadikan obral janji, setelah terpilih, eh malah bikin sakit hati. Begitulah mentalitas pemimpin negeri ini, semua pandai berdongeng, apalagi membuat rekayasa politik dan sosial untuk mengelabui rakyat. Sudah pendidikan masyarakat tidak begitu memadai, malah dibodoh-bodohi.


Sebagian besar dari kita setuju berpendapat, saatnya islam menguasai tampuk kekuasaan. Demi dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Dakwah siyasi harus segera digulirkan melihat kondisi bangsa yang semakin termakan oleh ahli thagut dan syetan. Korupsi merajalela, hukum ibarat permainan penguasa. Tak ada yang benar-benar baik di negeri ini. Namun, apakah semua permasalahan bangsa dapat terjawab sebelum kita sama-sama menyatukan langkah?

"Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai..."

Tulisan ini pun saya yakin tidak menjadi solusi, mungkin malah tambah bikin sakit hati. Biarlah, hanya sebatas meluapkan perasaan diri sendri. Entah benar atau tidak, suka atau tidak. Biarlah semua memiliki pandangannya masing-masing. Mudah-mudahan kedepan kita semua dapat menyatukan pandangan, sehingga tak ada kabut lagi yang menutupi kebenaran. Wallahu 'alam.


Jatinangor, 21 Juli 2010
(Saat politik terlihat membusuk oleh ketamakan)


Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.