Yang mampu menggetarkan arsy,
yang geloranya membangkitkan jiwa yang luluh dengan airmata.
Tiada kesedihan di hari ini,
karna kebahagiaan telah menanti siapa saja yang memulai berjuang di pagi ini...
Bismillah!!
Kembali berkutat dengan jejelan inspirasi yang muncul secara paksa. Merenung itu ternyata sulit juga. Setelah berfikir cukup lama, tetap tidak mendapatkan apapun untuk melanjutkan tulisan. Merajut mimpi, tak ayal hanya menjadi mimpi. Serasa pesimis untuk melanjutkan oase demi oase kata yang berujung pada kebuntuan. Setelah kemarin ada kesempatan buat nge-print dirumah, belum juga bergairah untuk dibaca. Tadinya berniat untuk mengkoreksi kekurangan kata yang ada, tapi saat ini masih saja sulit untuk melakukannya. Huufhhhh, ternyata menulis itu lebih sulit dibanding harus berkata..
Pagi ini kembali mencari inspirasi, mencoba merangsang syaraf melankolis di otak, karna biasanya lebih mudah menulis kalau perasaannya lagi bagus. Merenung, berfikir, berkata, lalu menuliskannya. Ahhh,, rasanya buntu sekali pagi ini, hingga memaksa terus menulis catatan ini agar melaksanakan target sehari minimal 2 tulisan. Ckckckk,, terlalu dipaksakan.
Ngomong-ngomong tentang keterpaksaan ada baiknya loh. Ternyata ada baiknya juga peribahasa 'paksa' dalam melakukan agenda-agenda kebaikan untuk kita.
Kalau bertanya : Apa bedanya ya??
Ya jelas beda!
Bagaimana tidak, rasa terpaksa mengandung arti ada kecederungan hati untuk enggan melakukannnya, terpaksa karna paksaan dari lingkungan. Namun 'paksakanlah', bermakna dorongan dari diri sendiri untuk berjuang melawan keengganan dan kemalasan. Sehingga kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memulai kebaikan-kebaikan walau godaan syetan begitu menggiurkan. Beda kan??? ^_^
Sepertinya kita memang harus terbiasa mengganti kamus dalam hati, kembali menguatkan pondasi niat dalam dada : mengubah terpaksa menjadi paksakanlah!!! Yah, lebih baik memaksakan diri untuk senantiasa sibuk dalam kebaikan, karna kebaikan itu baik untuk kita. Ayo paksakan!! Bismillah...
Jatinangor, 20 November 2010, 7.10
(Mencoba membangkitkan motivasi yang telah lama hilang)
Ngomong-ngomong tentang keterpaksaan ada baiknya loh. Ternyata ada baiknya juga peribahasa 'paksa' dalam melakukan agenda-agenda kebaikan untuk kita.
"Jangan pernah merasa terpaksa untuk melaksanakan kebaikan dan manfaat, namun paksakanlah untuk melakukannya"
Kalau bertanya : Apa bedanya ya??
Ya jelas beda!
Bagaimana tidak, rasa terpaksa mengandung arti ada kecederungan hati untuk enggan melakukannnya, terpaksa karna paksaan dari lingkungan. Namun 'paksakanlah', bermakna dorongan dari diri sendiri untuk berjuang melawan keengganan dan kemalasan. Sehingga kita berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memulai kebaikan-kebaikan walau godaan syetan begitu menggiurkan. Beda kan??? ^_^
Sepertinya kita memang harus terbiasa mengganti kamus dalam hati, kembali menguatkan pondasi niat dalam dada : mengubah terpaksa menjadi paksakanlah!!! Yah, lebih baik memaksakan diri untuk senantiasa sibuk dalam kebaikan, karna kebaikan itu baik untuk kita. Ayo paksakan!! Bismillah...
Jatinangor, 20 November 2010, 7.10
(Mencoba membangkitkan motivasi yang telah lama hilang)
0 komentar:
Posting Komentar