Sesejuk hujan sore ini, gemerciknya basah hingga menyuburkan. Kuntum tetumbuhan yang layu, tersapu hangat oleh guyuran yang menyejukkan. Siklus yang tak pernah berakhir, walau harus lewati setiap perbukitan hingga lautan. Lalu menguap, kembali turun berikan manfaat kehidupan.
Dalam setiap tetesan, ada aroma yang pekat. Berbau debu . Seringkali membentur tanah tandus, hingga kemudian basah subur tertumbuk pupuk alam yang tak pernah habis. Rintik yang perlahan, membanjir jika alam sudah mulai tergoyah. Bandang, bahkan tsunami menggertak, menandakan amarah yang memuncak. Kelembutan adakalanya dapat menghancurkan jika terus diabaikan. Jangan salahkan alam yang berjuang mempertahankan keseimbangan, karna ia pun makhluk tuhan. Yang menuntut keadilan atas segala pengrusakan.
Seringkali kita hanya bisa menyalahkan, tanpa mau instrospeksi atas setiap kebodohan yang kita lakukan. Guyurkan kepalamu pada hujan!! Jika ia terus bertindak bingar, apalagi terlalu sombong untuk mengakui keangkuhan.
Seringkali kita hanya bisa menyalahkan, tanpa mau instrospeksi atas setiap kebodohan yang kita lakukan. Guyurkan kepalamu pada hujan!! Jika ia terus bertindak bingar, apalagi terlalu sombong untuk mengakui keangkuhan.
Hujan sore ini merintik perlahan.
Lalu kian deras, menderu bising diterpa angin....
Lalu kian deras, menderu bising diterpa angin....
Depok, 16 November 2010
(Saat rintik hujan lelah menggelitik)
0 komentar:
Posting Komentar