Hanya Mimpi, Sebatas Janji
Jumat, 19 November 2010
Dulu cita-cita kita sama, membangun mimpi melawan realita
Kau punya bagianmu, kupunya urusanku
Kamu dan bagianmu, menyiapkan pondasinya agar tak mudah runtuh
Aku, ada urusanku, mengurusi sebagiannya agar tak terlihat kumuh
Lalu kita sama-sama berjuang
Melewati pintu dan lorong yang berbeda
Jalanmu gelap, akupun juga
Tak ada lilin yang menemani perjalananmu
Dan aku hanya mampu membisu
Karna waktuku, tak lagi cukup untukmu.
Dulu, sewaktu kita bersama mengikat janji
Di bawah teduhan bunga dan mentari
Kau kaitkan kata, dan kita rajut cerita
Dalam mimpi yang kita bangun setia
Namun kini, tinggal percuma.
Dulu, dan mungkin sekarang kita lupa
Saat kita getarkan ikrar dalam dada
Berjanji agar setia selamanya
Masalahmu, juga urusanku
Tak ada benteng yang menghalangi tanggung jawab kita
Namun kita, kini berjalan menyendiri seadanya.
Lalu rindu mempertemukan kita
Menyadarkan jiwa yang tergelepar dan terkapar
Bahwa kita tak bisa melewatinya tanpa bersama
Lalu kita akan semakin terluka
Dan berpisah pada jalan yang berbeda,
hanya akan membuat luka yang lebih menganga.
Lalu badai menguji persahabatan kita
Ego yang kupunya, kian terkikis termakan habis.
Saat ukhuwah tak seindah perbedaan warna
Saat rasanya, ibarat madu yang tiada getir
Ibarat lebah yang hanya diambil madunya
Ibarat lintah yang hanya menghisap darahnya
Lalu, nasihatmu ibarat candu.
Menawarkanku disaat menggerutu.
Karna ukhuwah tak semanis madu,
yang manis rasanya, tanpa getir yang tersisa.
Karna ukhuwah tak segelora darah
yang semangatnya, tak pupus memerah.
Jatinangor, 19 November 2010
(Saat ukhuwah padam, kemudian hilang diterpa zaman)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar