Post Update :

Posting Populer

Motivasi

Hidup tanpa motivasi bagaikan berkendara tanpa arah tujuan. Untuk mendapatkan beberapa untaian kata motivasi yang inspiratif, anda bisa dapatkan disini :
-------------------------------------------------------------------------- Motivasi Islam -------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------- Motivator Indonesia -------------------------------------------------------------------------- Salam Super Mario Teguh

Cinta Yang Rumit

Senin, 25 Februari 2013

Jika sedang jatuh cinta, tidak semua hati setiap orang berbunga-bunga. Adapula yang bertahan menahan sakitnya. Ada pula yang memendam kecewa. Semua rasa seakan berkecamuk di dada, menahan segala rindu yang tak tersampaikan. Menahan gejolak rasa yang tak terbendung. Jika sedang jatuh cinta, tidak semua hari penuh bahagia. Adakalanya derita menghias di taman-taman jiwa. Karna sebuah pengorbanan, juga karna perjuangan tak kunjung usai. Ya, cinta selalu menuntut pengorbanan. Namun yang lebih sering terkorbankan adalah perasaan. Hal yang paling menyakitkan bagi seseorang yang sedang jatuh cinta, adalah ketika mengetahui bahwa orang yang dicintainya, tidak mencintainya. Hingga begitu banyak orang yang memendam begitu lama perasaannya, karna alasan tidak ingin hatinya ‘tersakiti’ karna sebuah kenyataan. Orang yang jatuh cinta terlihat rumit. Terkadang seseorang memutuskan untuk pergi, sekedar untuk mengetahui seberapa penting dirinya bagi orang yang dicintainya. Ia pergi membawa segala harap, bahwa suatu saat orang yang ditinggalkan mencarinya. Seakan ia telah menjadi batu permata yang begitu berharga.Namun disisi lain, bagi seseorang yang telah ditinggalkan, ia-lah yang merasa begitu tak berharga ketika ditinggalkan. Hingga berusaha untuk melupakan. Kadang ego mengusai hati seseorang yang penuh cinta. Hingga ketulusan tertutupi oleh bayang-bayang pengharapan yang berlebih. Benarkah cinta memiliki batas yang tak tertembus? Pada kenyataannya, kita-lah sendiri yang membuat cinta terlihat rumit. Karna perasaan, harapan, dan ketak-jujuran kita melihat seisi hati.

Samudra Cinta

Minggu, 04 Maret 2012

"Aku ingin mencintaimu sepenuh hati,
Mencintai bukan menuntut untuk dicintai..."

Cinta yang tulus suci tak pernah mengenal sakit hati. 
Ia tak pernah menuntut penerimaan, tapi ikhlas menerima penolakan. 
Ia tak mengharap banyak perhatian, tapi selalu memberi kebaikan dan kebahagiaan. 
Berbahagialah bagi mereka yang memiliki cinta yang tulus,
 karna cintanya telah menjelma seluas samudra... 

 Sungguh, aku sedang belajar memahami hakikat cinta yang tulus suci
Mungkinkah cinta yang tetap membara menepis rasa sakit dan kecewa 
Atau cinta yang tetap menyala saat penolakan datang betubi-tubi?

Bagaikan Muhammad yang ikhlas berkorban menebar kebaikan
Walau kotoran unta menghinggapi wajahnya
Walau sebelas gigi terpatahkan karna batu yang meninju pelipisnya?
Yang dalam penghujung ajal masih mengingat nasib kaumnya? 

Ahhh, benarkah ada cinta yang benar-benar tulus suci di dunia ini?
Yang cintanya telah menjelma seluas samudra
Yang cintanya selalu diingat walau raga meninggalkan jasad ....

Aku mencintaimu dengan cinta yang tak terartikan
Semoga kau sendiri yang menemukan makna dibalik segala keraguan..




 Rancaekek, 4 Februari 2012 , 05.49

Untukmu Cinta

Jumat, 10 Februari 2012

Panggilan Kesayangan

Mungkin seperti pasangan suami istri lainnya, dahulu - setelah kita resmi menunaikan pernikahan itu, pertama kalinya aku menatapmu dari jarak yang sangat dekat. Kau begitu cantik dengan kesederhanaanmu. Tak memakai balutan make-up super tebal, yang seringkali wanita lain gunakan saat pernikahan. Saat itu pertama kalinya kita membicarakan panggilan kesayangan untuk masing-masing.

"Cinta, mau dipanggil dengan nama kesayangan apa?", kataku sambil terseyum mesra padamu.

"Hmm, apa ya ka?", kau tak langsung menjawab. Mencoba berfikir sejenak, mengerutkan dahimu ke atas dan sampai beberapa lama masih terdiam tak menemukan jawaban.

"Bagaimana kalau sayang?",sergapku cepat. Mencoba menawarkan jawaban.

Namun kau segera menolak. "Ga mau ah, itu panggilan yang udah standar, hehee...". Sungguh, saat itu kau terlihat sangat manja. Akhirnya kucubit pinggungmu mesra. "Ihh, dasar. Jadi maunya pake panggilan beda dengan yang lainnya ya?" Godaku.

"Iya dong..." serumu bersemangat. "Tapi aku masih bingung ka mau dipanggil apa". Kakak adalah panggilan pertamamu saat berjumpa denganku saat itu.

"Hmmm,, kalau sayang maunya dipanggil apa?" tanyamu sambil tersenyum memerah. Lesung pipimu mengembang, laksana telaga yang melegakan. Ahh, kau begitu cantik saat itu cinta..

"Kalau kakak mah dipanggil seperti biasa aja", jawabku cepat.

"Ahh, standar banget sayang", protesmu.

"Tapi harus ada tambahannya.....", jawabku dengan sengaja memotong kalimat terakhir yang belum terucap.

Ada guratan tanya yang menghias di wajahmu, "Tambahan apa? asal jangan pake recehan uang aja ya", tanyamu nakal sambil sedikit cengengesan. Ohh, saat itu aku baru tahu bahwa kau suka bercanda juga ya cinta.

"Kakak nya ditambah Anda, jadi kakanda!!""

Hiiii..... Kita berdua tertawa bersama. Mungkin sedikit 'jijik' dengan candaanku yang tidak lucu itu, heheee..

"Yaudah, kalau gitu sayang juga panggil aku adinda aja deh, kayaknya bagus tuh", Lagi-lagi pipimu memerah. Mungkin karna kamu saat itu masih menyimpan rasa malu untuk berkata-kata mesra padaku.

"Duhh, jangan deh sayang...", pintaku

"Lohh, kenapa?" tanyamu tak mengerti.Aku terdiam sejenak. Niatnya hanya untuk menunggu respon hasrat keingintahuanmu saat itu.

"Kenapa ka? Padahal aku kan suka panggilan itu", nada bicaramu sedikit meninggi. Tanda kau sudah di puncak kepenasaran karna aku masih terdiam. Hihii, sedikit jahil di malam pertama tak apalah, fikirku.

"Karna itu nama wanita yang pernah aku suka sayang.", godaku sambil menahan tawa.

Jlleeeebbbb.... ternyata candaanku laksana godam yang menusuk hatimu. Kau menganggap itu serius. Dalam sekejap kau palingkan wajahmu yang sedari tadi beradu pandang denganku. Melihat respon tidak baik darimu, aku segera merevisi kata-kataku. Entah, hawa rasa bersalah tiba-tiba menyeruak.

"Sayang, aku bercanda...", kilahku sambil merajuknya mesra. Sambil memeluknya dari belakang, karna saat ini dirimu telah memalingkan wajah. 

"Kalau beneran juga gak apa-apa", katamu dengan suara bergetar. Entah ada butiran airmata atau tidak. Namun yang ku sadar, kau benar-benar menganggap candaaku serius saat itu..Duuhhh, cinta. Sepertinya kau tak bisa menerima candaan dalam beberapa hal yang sensitif untuk dibicarakan.

Pelajaran pertama yang ku tahu darimu. Bahwa kau dilahirkan untuk jadi pencemburu....Bersambung...
(Untukmu Cinta.red)

Rancaekek, 10 Februari 2012 - 04.25.13
(Saat dingin menyergap beku, entah ide dari mana, ingin rasanya melanjutkan kisah cinta ini.. :))



Surat CINTA

Kamis, 09 Februari 2012

Sungguh Aku jatuh cinta....
Entah pada siapa..
Entah pada wanita dunia, atau bidadari syurga.
Namun yang kutahu,
Aku akan jatuh cinta pada wanita yang taat menjaga dirinya
Dengan segenap jiwa dan raganya

Wanita yang selalu basah bibirnya dengan tasbih..
Dengan senyuman seindah pelangi.

Untuk seorang wanita,
yang sampai kini belum kutahu namanya
Mungkin kita pernah bertemu, atau bahkan saling mengenal
Semoga kau yang ku kenal, masih seperti dulu yang memesona
Aku yakin kau-lah yang telah IA takdirkan,
walaupun sebelumnya bukanlah engkau yang ku harapkan..
Begitupun pula dengan dirimu,
Mungkin aku bukanlah seorang lelaki yang kau harapkan dahulu
Namun ku harap, kita dapat belajar mengarungi hidup dengan sekeping cinta yang bersatu..

Cinta...
Berjuanglah untuk menemukan jalan takdir yang mempertemukan kita..
Dengan selalu berjalan pada ketaatan menjalani perintah-Nya
Aku harap kau tak tersesat, begitu pula denganku
Karna sekali saja kita salah arah,
mungkin jalan itu yang akan menjauhkan pertemuan kita...

Aku hanya berharap,
engkau adalah wanita yang belum pernah tersentuh,
walaupun hanya sebatas seujung kuku..
Karna yang kuharapkan bukan kecantikanmu, melainkan kesucianmu..

Wahai wanita, yang kelak menjadi calon ibu bagi anak-anakku..
Belajarlah semenjak dini akan arti sebuah rumah tangga.
Karna engkau-lah yang kelak akan 'bekerja' di dalamnya.
Biarlah aku yang mencari segenggam emas di luar sana.
Tugasmu, hanyalah mengurus anak-anak kita.

Wahai wanita, yang telah kusumpah atas nama-Nya.
Tahukah kau mengapa aku memilih untuk menikah?

Menikah adalah caraku untuk menggenapkan agama.
Mungkin begitu juga denganmu.
Maka, dalam memilihmu pun, yang ku cari darimu adalah agamamu.
Karna ku takut, jika yang kucari hanyalah kecantikanmu,
Saat kau menua, kau tak lagi kucinta.
Jika yang kucari hanyalah kekayaanmu,
Saat kau jatuh miskin, kau tak lagi kucinta.

Maka, yang kucari darimu adalah agamamu.
Jika kau tak lagi memilikinya, atau terlepas darinya,
Maka aku layak meninggalkanmu dengan alasan yang syar'i.

Maka, yang kuharapkan darimu adalah pengetahuanmu akan ilmu agama yang baik.
Karna di tanganmu-lah anak-anak kita kelak menjadi terdidik.

Untukmu yang wajahnya telah kugambar dengan segenap jiwa..
Semoga Arasy meneduhkan saat kita bersama
Di dunia, maupun dalam perjalanan kita menuju syurga-Nya..



Mungkin nanti aku tak butuh matahari,
Karna senyum hangatmu telah cukup menyapaku di pagi hari..
Mungkin nanti pula aku tak butuh rembulan malam,
Karna kesetiaanmu telah menemani saat gelap menghantui

Cinta, teruslah berpijar laksana surya
Agar ku mudah menemukanmu,
Sejauh apapun bumi terbentang....

Aku sangat berharap 
kaulah sebagian kenyataan 
mimpi masa laluku..

`Ku tulis ini saat usia beranjak dewasa`
Umur 22 tahun, umur yang seharusnya menuntut kemapanan.
Usia yang seharusnya menuntut segala sikap penuh kedewasaan.
24 Juli 2011,

Organisasi Kehidupan

Senin, 11 Juli 2011

"Belum pernah terlihat ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang sedang dimabuk cinta, selain menikah" (H.R. Thabrani dan Ad-Dailami)

Banyak orang yang memulai kehidupan rumah tangganya dengan hal yang besar. Dengan impian, cita-cita dan harapan yang melekat pada diri mereka. Dengan cinta yang mereka tumbuh kembangkan hingga membuahkan kasih sayang. Namun ironisnya, banyak rumah tangga yang keharmonisannya tidak bertahan lama. Seakan impiannya saat menikah dahulu, hanyalah sekelumit bayang-bayang kehidupan. Cinta dan iman seakan menjadi alasan yang kerdil dibandingkan dengan peliknya permasalahan yang menyulut api perceraian. Maka, mungkin yang perlu kita perbaiki adalah orientasi yang benar mengenai pernikahan. Karna banyak orang yang menganggap pernikahan hanyalah untuk memiliki surat legalitas 'berhubungan badan'.

Saat pernikahan hanya dianggap sebagai sebuah prosesi tanpa esensi, maka disanalah bermula benih-benih kehancuran dalam membangun rumah tangga. Lalu bagaimana seharusnya pernikahan agar dapat dijadikan landasan awal dalam membangun rumah tangga? Setidaknya, perbaikilah tujuan kita ketika memilih untuk menikah. Karna pilihan yang terpenting dalam hidup tak pernah mudah, begitupun dengan MENIKAH!.

Tujuan Pernikahan :

1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta, kasih sayang dan ketenangan jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
5. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
6. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan).

Tujuan ini hanya sebatas referensi yang ane dapatkan dari salah satu sumber. Semoga ini menjadi tujuan minimal ketika kita memutuskan diri dari status membujang..

Keluarga adalah organisasi terumit dalam lingkup rumah tangga... Yang visinya bukan hanya berorientasi pada keberhasilan dunia, namun berorientasi pada keberhasilan meraih syurga.. Menuju Cinta dan Keridhoan-Nya..

Tidak sedikit dari kita yang menganggap keluarga hanya seperti sebuah rumah. Didalamnya kita dapat berteduh, melabuhkan lelah, dan melakukan berbagai aktifitas kehidupan. Tak lebih tak kurang. Atau adapula yang menganggap keluarga hanyalah sebuah kapal layar. Disana kita bersama mendayung hingga akhirnya sampai pada tempat tujuan. Kita dapat mengganti kapal manapun yang kita mau, ketika tujuannya telah berbeda. Pelabuhan yang kita tuju adalah peristirahatan sementara dalam pengembaraan kehidupan. Berpindah dari pelabuhan satu menuju pelabuhan lainnya. Hingga orientasi begitu cepat berubah. (Ngerti khan ya, maksud ana?? :))

Tidak sedikit dari kita, yang menjadikan keluarga sebagai pabrik penghasil manusia dengan kualitas seadanya. Asal bisa bertahan hidup dalam kurun waktu cukup lama, maka proses produksi barang yang biasa disebut 'manusia' itu tak lagi diperhatikan. Bahkan sebagian hanya mengandalkan modal uang untuk memproduksi generasi penerus, yang katanya menjadi harapan agama, masyarakat dan bangsa. Sebagian lainnya, ada yang menjadikan keluarganya sebagai mesin pencetak uang. Tujuannya adalah meningkatkan taraf kehidupan diatas rata-rata kondisi sosial dalam kemewahan dan harta.

Padahal....

Keluarga adalah awal dari segalanya. Soal pendidikan, agama, bahkan keluarga adalah permulaan dari sebuah peradaban bangsa. Banyak orang yang menganggap hidup berkeluarga adalah pekerjaan remeh temeh sehingga banyak diantara kita yang mengenyampingkan kondisi keluarganya. Kalau kita coba analisa, betapa banyaknya permasalahan umat dan masyarakat yang sebenarnya bermula dari kebobrokan dari lingkup terkecil dalam keluarganya. Silakan perhatikan dan analisa sendiri ya.. :)

Keluarga adalah organisasi terbesar dalam lingkup terkecil...

Disadari ataupun tidak, keluarga dapat diibaratkan laksana sebuah organisasi. Seperti yang kita fahami layaknya sebuah organisasi, maka perlu segala yang berhubungan dengannya memiliki landasan, tujuan, peraturan-peraturan, pengkaderan bahkan sampai kepada hal mendetail terkait dengan program kerja. Saya takjub ketika mendengar salah seorang ustadz yang begitu apik mengagendakan secara terperinci agenda-agenda dalam keluarganya. Kapan saatnya seorang anak bermain, belajar, setor hafalan al qur'an, bahkan untuk sekedar menonton TV!! Luar Biasa!!...

Hasilnya? Tak heranlah kalau kesemua anaknya berprestasi dan bernilai di mata masyarakat. Di gemari oleh sahabat dan kerabat. Karna proses 'produksi'-nya melalui serangkaian proses yang dirancang dengan matang, terprogram bahkan terevaluasi layaknya sebuah organisasi!!

Maka, tugas kitalah para lelaki, sebagai qawwam yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anak kita. Menjadi pembimbing untuk istri ketika mengurusi masalah rumah tangga. Ingatlah, di pundak kitalah amanah besar itu dititipkan. Tak ada alasan untuk berdalih ketika kita dimintai pertanggung-jawaban atas amanah yang telah menjadi fitrah kita. Apalagi menyerahkan amanah besar itu kepada istri kita dengan segala keterbatasannya. Ingatlah, KITALAH NAHKODANYA!!!


Suami yang shalih adalah dia yang mampu memuliakan seorang wanita di dunianya sebagai seorang istri, dan menjadikannya di akhirat sebagai bidadari....

Maka, untuk kita para lelaki. Bersiaplah.. Karna genderang perang akan segera di tabuh. Bukanlah perang itu selalu dengan pertumpahan darah. Namun perang saat ini adalah bagaimana kita dapat membulatkan tekad untuk berjihad mempersiapkan masa depan kita. Karna sudah pastilah Allah akan mengamanahi kita dengan jabatan yang tidak dapat kita elakkan. Menjadi seorang suami sekaligus ayah, yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan anak dan istri kita. Saatnya kita membenahi diri dalam sebuah organisasi kehidupan, sebuah keluarga. Saatnya kita berjihad mempersiapkan generasi rabbani dambaan ummat... Biidznillah....

Wallahu'alam..

`Jatinangor, 7 Juli 2011` - 17.02.01

Istikharah Cinta

Minggu, 10 Juli 2011

Ini adalah istikharah pertama nisa. Saat dihadapkan pada pilihan hidup yang rumit, ia selalu memulainya dengan 'meminta pendapat tuhan' mengenai pilihannya. Setelah sujud terakhirnya di sepertiga malam, ia melanjutkan sholat 2 rakaat yang dipercayainya mampu memantapkan hatinya untuk menentukan pilihan. Dalam do'anya, ia meneteskan airmata penuh kekhusyu'an...

"Ya Allah, aku memohon pilihan menurut pengetahuan-Mu dan memohon penetapan dengan kekuasaan-Mu, juga aku memohon karunia-Mu yang besar, sebab sesungguhnya Engkau-lah yang berkuasa dan aku tidak berkuasa. Engkaulah yang Maha Tahu, dan aku tidak mengetahui apa-apa. Engkau mengetahui segala yang gaib.

Rabb, jika rencana pernikahan-ku ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat ataupun dalam waktu panjang, maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah. Serta berikanlah keberkahan di dalamnya..

Namun jika Engkau mengetahui bahwa rencana pernikahan ini buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat maupun dalam waktu panjang, maka jauhkanlah hal itu daripadaku. Jauhkanlah aku daripadanya serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja dimana saja adanya, kemudian puaskanlah hatiku dengan takdir-Mu itu..."


Semakin lama ayahnya semakin mendesaknya untuk memberiikan jawaban. Sudah 2 minggu ia diberi waktu, namun sampai saat ini nisa belum juga memberi jawaban atas pertanyaan ayahnya, sekaligus pertanyaan pemuda yang melamarnya 2 minggu silam.

Ia adalah seorang lelaki berumur 2 tahun terpaut diatas umur nisa. Anak salah seorang teman ayahnya. Secara perekonomian sudah mapan, karna pemuda itu bekerja di salah satu perusahan terkemuka di jakarta. Sudah memiliki mobil, rumah, bahkan menurut kabar sudah mempersiapkan tabungan untuk berbulan madu bersama nisa ke luar negri. Itupun jika nisa tidak menolak lamarannya.

Namun nisa memiliki keraguan dalam hatinya. Karna lelaki yang melamarnya belum memiliki pemahaman agama yang baik. Kalau untuk mengerjakan kewajiban agama memang tidak pernah bolong, tapi kalau untuk membina rumah tangga dengan pemahaman agama seadanya seperti itu, rasanya ia masih ragu. Dari dulu nisa berkeinginan memiliki seorang suami yang mapan, bukan hanya mapan dalam masalah perekonomian, tapi juga dalam keagamaan. Karna baginya, pernikahan yang berkah harus mampu melahirkan generasi-generasi yang berjuang untuk ummat, bukan sebatas menjadikan anak-anaknya sebagai konglomerat..

Ini istikharah kedua nisa. Ia telah berazam, jika sampai 3 hari ini belum ada kecendrungan untuk memilih tawaran ayahnya, maka ia akan memutuskan untuk menolaknya. Hingga pada hari keempat, ternyata belum ada tanda-tanda kecendrungan baginya untuk memilih lelaki pilihan ayahnya. Maka dengan sopan santun, ia harus berkata sejujurnya...

"Maaf yah, nisa belum bisa menerimanya. Bukan karna ia tidak baik dan kurang mapan. Namun bagi nisa, lelaki yang memililki pemahaman agama yang baik, seharusnya menjadi kriteria utama kita dalam menentukan pendamping hidup. Nisa berharap ayah mengerti alasan nisa. Lagipula kewajiban menikah bagi nisa bukan menjadi hal yang mendesak saat ini. Do'akan saja, semoga suatu saat ada lelaki yang lebih baik untuk nisa dan calon menantu yang terbaik untuk ibu dan ayah...."

Jawaban nisa dengan ucapan yang sangat santun itu tak dapat disanggah ayahnya. Hanya desahan nafas yang cukup berat ayahnya dan kata singkat yang di dengar nisa. "Baiklah kalau memang itu jawabanmu, ayah dan ibu tidak bisa memaksakan kehendakmu.."


Ini adalah istikharah ketiga nisa. Dengan do'a serupa seperti sebelum-sebelumnya. Ia kembali melantunkannya dengan penuh kekhusyuan. Kali ini ia harus istikharah lagi dengan pilihan yang berbeda. Kali ini yang datang melamar adalah lelaki pilihan ibunya. Lelaki berjanggut tipis dengan pemahaman agama yang tidak boleh diragukan. Ia adalah anak seorang ustadzah yang menjadi teman ibunya di pengajian. Perekonomiannya lumayan mapan. Karna lelaki kali ini memiliki beberapa toko buku islam yang bertempat di pinggir ibukota.

Semua aspek telah diamati nisa dengan cermat, dan hampir tidak ada cela. Namun, ia lagi-lagi tak mampu memberi jawaban secara langsung. Belum ada hal yang membuatnya cenderung memilih lelaki yang ada di depannya. Ia meminta waktu seminggu untuk diberi kesempatan istikharah sebelum memantapkan pilihan. Tidak ada yang keberatan, baik dari pihak calon ataupun pihak keluarga nisa. Hanya satu permintaan lelaki itu, ia tak bisa menunggu waktu lebih dari 2 minggu. Jika lewat 2 minggu tidak ada jawaban, maka proses ta'aruf tidak akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan....

Setelah shalat malamnya, ia membuka tirai dan memandang ke arah luar. Udara dingin menyeruak masuk ke dalam kamar. Tak lama ia menatap ke atas langit, ia paling suka memandangi bulan saat malam. Seakan cahaya-nya mampu memberinya energi kehidupan, dan seperti biasa, ia mengambil buku diary yang sampai saat ini masih menemaninya. Sambil merenung, ia goreskan tinta di atas kertas diary-nya..

Malam ini aku menantikan cahaya bulan
Seperti beberapa malam sebelumnya
dalam istikharah dan sujud yang berkepanjangan
dalam penantian yang tak kunjung usai
Namun, telah bermalam-malam yang kutemukan hanya bintang
Rembulan yang kunantikan tak kunjung datang
Kuhanya menantinya untuk melihat sabit bukan purnama
Namun lagi-lagi..
yang kulihat hanyalah bintang yang berserakan di alam
Diantaranya ada yang berpijar begitu terang
Aku terus merenung dan bertanya...
Perlukah aku terus menanti rembulan??
Jika begitu banyak bintang berpijar yang mampu menemaniku menikmati malam...
Ini adalah istikharah ke empat nisa. Namun belum ada tanda-tanda kecenderungan atau apapun yang membuatnya berat pada satu pilihan. Terkadang ia jadi berfikir, apakah ia bukan orang yang normal? Manusia yang tidak memiliki kecendrungan. Namun ia tepis segala kegalauan atas parasangka buruk di hatinya. Tak lama bibirnya mengucap istighfar kemudian berdzikir sambil terus memohon pilihan...

Tiba-tiba bayang-bayang ahmad menyeruak di hatinya. Lelaki yang ia kenal selama ini, namun bukan lelaki yang terlihat mencintainya...

bersambung...
(Cuplikan "Meminang Bidadari" - Afief Alkhawarizm)


"Ya Allah ya Tuhanku,
andaikau takdirkan dia untukku
menjadi teman arungi hidup ini
Satukan hatiku hatinya, amanahkan bahagia, kemesraan selamanya..."


Jatinangor, 10 Juli 2011
`Saat cinta mengusik jiwa, semoga dalam rongga ini hanya ada satu nama-Nya`

Inspiring Moment #3 : Untuk Para Ikhwan

Senin, 09 Mei 2011

Ternyata banyak kewajiban di masa depan yang membutuhkan perhatian. Sebelum semua menagih haknya atas diri kita, lebih baik mempersiapkannya sekarang juga!!! Bismillah, mari bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Untuk anak, istri dan keluarga kita kelak.

Menjadi laki-laki memang cukup berat. Apalagi telah tergambar jelas, jika nantinya para lelaki akan menjadi qawwam atas istri dan anak-anak. Menjadi kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab atas kehidupan orang-orang yang menyebut kita : suami, dan juga ayah. Menjadi seorang nahkoda yang seharusnya mampu melabuhkan anak dan istri kita di syurga. Maka, tak ayal lagi - kepemimpinan kita akan diuji dengan amanah sebuah keluarga. Pertanyaannya : Apakah kita telah sanggup mempersiapkannya dengan baik, atau malah menjadi salah satu penyebab suramnya masa depan istri dan anak-anak kita kelak?? Maka selagi muda, sudah seharusnya kita mempersiapkan segalanya.

Sudah seharusnya kita berfikir dewasa dan belajar menjadi orangtua. Karna masa depan generasi selanjutnya adalah tanggung jawab kita!!

Dalam sebuah training pernikahan, para peserta diminta untuk menuliskan rencana hidupnya saat berkeluarga. Dengan secarik kertas yang diberikan panitia, kami diminta untuk menuliskan impian, harapan, serta target-target yang harus dicapai selama berumah tangga. Seorang bapak duduk tepat disamping saya. Melihat saya cukup bersemangat menuliskan rencana masa depan, ia tersenyum. "Wah mas, semangat amat nulisnya, sepertinya sebentar lagi ya?", ujar bapak itu sambil tersenyum memandang saya."Ah enggak pak, masih lama", jawab saya sambil membalas senyumnya. Tak lama kemudian si bapak muda meminta untuk melihat rencana hidup saya yang kini sudah melebihi apa yang ditulisnya. Sebenarnya enggan untuk memberikannya, namun rasanya tak enak ketika menolaknya - karna sejujurnya saya malu ^^;

"Memang harus dipersiapkan mendetail seperti itu mas. Walaupun pada kenyataannya sangat sulit di praktekan setelahnya. Biasa lah namanya juga berumah tangga. 6 bulan pertama indah, 6 bulan selanjutnya sangat indah, setahun setelahnya terserah anda...", ujar si bapak sambil terus menyunggingkan senyumnya. Saya sempat senyam-senyum sendiri dibuatnya. Jadi makin berfikir : Begitukah pernikahan? manisnya hanya dirasakan saat-saat tahun pertama, tahun selanjutnya : penuh derita.

Yah, begitulah orangtua. Selalu membandingkan impian kita dengan pengalaman mereka. Namun begitulah hidup, harus kita akui - selalu ada saripati hikmah yang dapat kita petik dari kisah hidup mereka.

Memang tidak bisa dipungkiri. Dari sebagian besar cerita yang pernah saya dengar, tidak sedikit diantara para orangtua yang pernikahannya kandas di tengah jalan. Peliknya permasalahan rumah tangga rasanya tak sesederhana teori, atau sebatas 'skenario' yang biasa ditampilkan di pelbagai sinetron. Semuanya adalah realitas hidup. Tidak melulu diributkan dengan permasalahan yang besar ternyata, masalah-masalah kecilpun kadang menggelombang, dan akhirnya membentur karang kesetiaan dan cinta yang dulu dibangunnya.

Mulai dari tidak enaknya masakan istri, suami yang pulang larut malam tanpa konfirmasi, pekerjaan rumah tangga yang menumpuk, anak-anak yang nakal di usia remaja, sampai ketika kecemburuan dan perhatian tak lagi diberikan sesuai kebutuhan. Belum lagi polemik dari permasalahan finansial bagi mereka yang tak cukup mapan. Rasanya setiap permasalahan itu adalah sebuah ujian yang pasti menghampiri siapapun ketika telah berlayar dalam bahtera keluarga. Dan bisa tidak bisa, kita harus melewatinya. Oleh sebab itu, sebaiknya kita mendewasakan diri sebelum permasalahan-permasalahan itu merenggut kebahagiaan kita..

Cukup banyak yang saya tuliskan dalam secarik kertas yang diberikan panitia. Rencana agenda harian, mingguan, bahkan targetan-targetan yang seharusnya dapat dicapai secepatnya. Rentetan detail yang sebenarnya masih mengawang (karna belum pengalaman), berjejer dalam secarik kertas hingga penuh. Ahh, beginikah rencana hidup, berfikir dalam 5 menit saja sudah cukup memusingkan, apalagi dikemudian hari harus menghadapinya secara nyata untuk menjalani kehidupan. Namun begitulah hidup, rencana kita adalah ikhtiar untuk menciptakan nasib kita.

Hahhh,,, rasanya apa yang saya tuliskan ini bukan sekedar mimpi. Tapi kewajiban yang harus saya penuhi. Seakan gambaran masa depan semakin dekat dipandangan. Bayangan anak-anak yang menagih uang saku, bayar SPP, mainan, dan berbagai keperluan lainnya. Belum lagi untuk keperluan rumah tangga : Bayar listrik, bahan makanan, membeli perabotan rumah tangga, menyekolahkan anak hingga kuliah, sampai pada meng-hajikan orangtua dan mertua. Dan tahukah? Ketika kita mencoba menghitungnya secara mendetail - saya pastikan : tidak ada seorangpun yang siap menikah dengan segera! Walaupun telah nyata dihadapannya seorang wanita yang siap untuk dilamarnya, atau telah bulat keputusan mertua untuk menikahkan kita dengan anak mereka!!

Namun begitulah cinta. Semuanya harus diwujudkan dengan logika. Harus diperhitungkan. Karna konsekuensi dari cinta adalah membahagiakan. Ketika kita berlindung dan mencari aman dengan dalih "Cinta itu menerima apa adanya", maka saat itulah kita harus tersadar, bahwa kita bukanlah pecinta sejati, dan kita tidak berhak merasakannya. Karna cinta adalah sumber energi untuk memperbaiki diri. Membuat kita yang bukan siapa-siapa menjadi papa. Membuat kita yang apa adanya menjadi luar biasa. Dan yang perlu ditegaskan, jangan pernah mengatakan : Siapkah kau hidup bersamaku dalam derita? Relakah kau kiranya kisah kita tak selamanya indah???

Hentikan ucapan pengecut seperti itu. Ketika kita tak mampu menjanjikan kebahagiaan pada orang yang kita cintai, patutkah kita mencintainya? Jika cinta kita hanya membawanya lebih menderita, lebih baik putuskan segera, buang ia jauh-jauh, dan iklaskan wanita yang kita cintai itu menikah dengan pria yang lebih baik dari kita. Relakan ia bersama seorang lelaki tangguh yang berani menjanjikan kebahagiaan selamanya. Karna konsekuensi cinta adalah membahagiakan!! Membuatnya tumbuh berkembang, menggapai langit, hingga membersamai kita menikmati syurga. Begitulah cinta yang berkah, selalu menawarkan kebaikan.

Kalau banyak orang bilang : Cinta itu tak butuh logika.

Maka, saatnya kita memperbaiki paradigma.

Sungguh, cinta itu sangat membutuhkan logika.

Karna logika, memaksa kita mewujudkan cinta dalam bahasa kerja!!

~Inspiring Moment~
Workshop Marriage Management
Jatinangor, 8 Mei 2011


Soul nicht perfekt

Sabtu, 07 Mei 2011

Wir nie Liebe finden von man ist perfekt. Weil sie sind perfekt nicht mehr brauchen Liebe. So lernen zu lieben aber viele Defekt zur Verfügung stehen. Dann Perfekt wir lieben, ihn zu lieben... Ja, in dieser Welt nichts perfekt ist. Ebenso mit dem Leben und der Liebe. Die perfekt ist die Liebe Gottes zu seinen Knechten. Und eins ist nahezu perfekt in dieser Welt, ist die Liebe einer Mutter zu ihrem Kind. So lernen, egal wie viel sie über Schuld Liebe. Wir sollten nicht zu dem, was die Mängel betreffen. Wegen der Mängel des lieben wir, eine Rolle in seinem Leben haben. Wenn er nur nicht über eine Verknappung, dann wird er nie brauchen Liebe. Menschen, die viele Mängel haben, die dringend der Aufmerksamkeit, Liebe und Liebe zum Nächsten. Von da ist es, wie sinnlos unsere Liebe in seinem Leben.... Ich liebe dich weil es gibt Unvollkommenheiten sie,auch für mich. Aber Liebe ergänzen unsere Mängel bis perfekt.

Wirklich, ich konnte dich nicht lieben perfekt. Dann lernen mich zu lieben, für unsere können einander lieben mit vollkommene L
iebe....
Kita tak akan pernah mendapatkan cinta dari orang yang sempurna. Karna mereka yang sempurna tak lagi membutuhkan cinta. Maka belajarlah mencintai seberapapun banyaknya cela yang ada padanya. Lalu sempurnakanlah cinta kita untuk mencintainya...

Ya, di dunia ini tak ada yang sempurna. Begitupun dengan jiwa dan cinta. Yang sempurna hanyalah cinta Tuhan kepada hambanya. Dan satu hal didunia ini yang mendekati sempurna, adalah cinta seorang ibu kepada anaknya. Maka belajarlah mencintai seberapapun banyaknya cela yang ada padanya. Kita tidak perlu terlalu memperdulikan apa yang menjadi kekurangannya. Karena dengan kekurangannya itulah, cinta kita memiliki peran dalam hidupnya. Andai saja ia tidak memiliki kekurangan, maka ia tidak akan pernah membutuhkan cinta. Orang yang memiliki banyak kekurangan, sangat membutuhkan perhatian, cinta, dan kasih sayang dari sesama. Oleh karna itu, betapa bermaknanya cinta kita dalam kehidupannya.

Aku mencintaimu karena ketidaksempurnaan yang ada padamu, juga padaku. Namun cinta melengkapi kekurangan kita hingga sempurna.

Sungguh, aku tak bisa mencintaimu dengan sempurna. Maka belajarlah untuk mencintaiku, agar kita dapat saling mencintai dengan sesempurnanya cinta...


JT-Nenger, Heidelberg
(
über dem Neckar - ein Traum)

Renungan : Untuk mereka yang memiliki keluarga

Sabtu, 30 April 2011

Ini sudah beberapa kalinya seorang akh, pulang larut malam. Rutinitas yang padat membuatnya lupa akan hak keluarga akan dirinya, sekaligus kewajiban ia atas mereka. Ini sudah menjadi bilangan yang tak terhitung jari lagi, ketika banyak urusan dirumahnya, tak mampu ia selesaikan dengan bantuan dan uluran tangannya. Membayar listrik, mencuci piring, beberes rumah, bahkan sekedar untuk mencuci baju miliknya. Alasannya klise, masih dengan dalih : sibuk dengan rutinitas kuliah dan organisasi. Padahal ia tahu - ibu dan ayahnya adalah 'orangtua karier' yang sibuk untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga. Pergi subuh hari, pulang larut malam. Mereka tak akan sempat mengurusi lagi seabrek pekerjaan rumah yang menumpuk. Bahkan meskipun itu menjadi tanggung-jawab mereka - maka dipastikan kewajiban itu telah gugur seketika. Seharusnya, pekerjaan rumah tangga seperti ini menjadi tanggung jawab anak-anaknya. Bukan kewajiban para orangtua.

Sepertinya ada yang salah pada diri kebanyakan aktifis dakwah. Seorang yang biasanya mengaku taat mengaji dan haus akan ilmu agama. Seorang yang katanya sangat disibukkan dengan memikirkan umat. Yang katanya generasi "Rabbani" dengan modal tarbiyah di liqo-liqo yang menjadi rutinitasnya. Sangat disayangkan, jika kondisi pada lingkup terkecil di keluarganya, tak mampu ia benahi dengan baik. Kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggungannya tak mampu ditunaikan, dan sibuk memberi manfaat diluar. Di tempat yang kadangkala ia tak kenal.

"Khairunnas, anfa'uhum linnas", mungkin dalih ini yang membuat kita lupa akan kehadiran dalil : "Quu anfusakum wa ahliikum naara"....

Ketidak-seimbangan kita pada keluarga terkadang membuat ketidak-adilan kita atas mereka - yang sebenarnya sangat berhak atas diri kita. Sejenak coba kita introspeksi, seberapa banyak waktu kita, disibukkan dengan aktifitas 'dakwah' ataupun organisasi??? Bandingkan dengan seberapa sering kita disibukkan dengan pekerjaan rumah : mencuci baju, menyapu rumah, membantu orangtua, dan berbagai hal lainnya??? Lalu bandingkan, seberapa sering kita memberikan mentoring keislaman, motivasi, sms-sms tausiyah kepada sahabat dan kerabat kita? Lalu bandingkan, dengan seberapa sering kita memberikan semua perhatian itu kepada anggota keluarga dan saudara-saudara kita??

Belum lagi adanya beberapa fenomena yang memprihatinkan. Ketika banyak saudara mereka - yang katanya saudaranya aktifis dakwah, sangat jauh dari nilai-nilai keislaman. Sebagian dari mereka, ada yang menjadi pecandu, ada yang terjerumus aliran sesat, ada yang gemar melakukan kemaksiatan. Jika ditanyakan, bukankah ini tanggung jawab kita sebagai orang yang terdekat dengan mereka??? Mungkin saat itulah kita baru tersadar, bahwa begitu banyak kewajiban-kewajiban yang sangat dekat dengan kita yang terabaikan. Tidak sedikit dari kita, lebih memilih untuk sibuk di organisasi dibandingkan disibukkan dengan 'pekerjaan rumah' sendiri.

Begitulah fenomena-fenomena 'unik' yang seharusnya tidak terjadi. Mudah-mudahan hal ini-pun menjadi tausiyah untuk diri sendiri. Karna sangat diakui, tulisan ini sangat terinspirasi atas cela yang dilakukan selama ini. Semoga menjadi motivasi kita untuk memberi kesegaran dengan kehadiran kita di sekitar mereka. Ingatlah, pepohonan akan selalu meneduhkan tanah gersang dibawahnya, dan buahnya akan jatuh tak jauh disekitarnya. Bukankah itu hakikat dari perumpamaan pohon iman? Jika manisnya buah, hanya mampu dikecap oleh tetangga. Maka apalah artinya pohon yang tertanam subur di pekarangan??

Jatinangor, 29 April 2011 -19:04:54
(Kutitipkan untuk mereka yang memiliki keluarga : karna kita pasti memilikinya dan bertanggung jawab atas kehidupan mereka)

Catatan Perjalanan Dakwah : Di Balik Pundak yang Tegar

Jalan dakwah bukanlah jalan yang tepiannya bertabur bunga. Jalan ini adalah jalan yang penuh kerikil, duri, bahkan dipenuhi hewan buas yang siap memangsa siapa saja yang melewatinya. Bahkan terkadang penuh fitnah, cerca dan caci, dari setiap orang yang tidak menyenangi jalan ini. Jalan ini bukanlah jalan yang rata, tanpa kelokan, tanpa tanjakan. Bukan pula jalan yang teduh, tanpa terik matahari laksana atmosfir subuh hari yang sejuk dinikmati. Jalan ini adalah jalan yang berbatu, peluh liku, bahkan kadangkala kita harus memanjat tebing agar sampai di tempat yang ingin kita tuju. Banyak yang berguguran di sini, banyak yang tak sempat berbunga sebelum musim semi. Banyak yang berguguran di tengah perjalanan. Banyak diantaranya yang lari berpaling, memilih jalan yang dirasa lebih aman, tanpa ujian, tanpa ada halang melintang - memilih untuk lebih terlena memikirkan nasib diri sendiri. Namun, dari sebagian besar yang berpaling dari jalan ini, selalu ada yang bertahan hingga singgah di pelabuhan yang Allah janjikan. Pelabuhan dari setiap halte pemberhentian, dari pelabuhan lelah di dunia, hingga melabuh di Syurga yang disediakan oleh-Nya.....

Sore itu, seorang akh berjalan dengan tertunduk. Mukanya masam, raut wajahnya mencerminkan guratan-guratan permasalahan yang mendalam. Setahu saya, ia adalah orang yang seringkali terlihat ceria, mudah tersenyum, bergaul, dan pandai beretorika. Biasanya, jiwanya selalu hangat dengan semangat. Gelora-nya mampu menularkan energi positif kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Namun kini ia tertunduk layu, lesu, dan hanya menatap tanah. Laksana pohon yang hampir tumbang, lalu terlalu mudah diterpa angin hingga akarnya tercerabut dari tanah. Entah apa yang menimpanya saat ini, yang jelas ia benar-benar terlihat menyimpan banyak masalah.

"Antum kenapa akh?", tanyaku pada nya."Ehh, gak apa-apa", jawabnya sesingkat sapaanku padanya.

Sekilas ia tersentak. Sepertinya cukup terkagetkan dengan sapaan sederhana yang saya lontarkan. Saya tahu, betapapun banyaknya pertanyaan yang dilontarkan kepadanya, ia tak-kan membuka mulut untuk menceritakan permasalahan dirinya. Ia sangat terbuka dengan permasalahan orang lain, selalu siap membuka diri sebagai 'tempat sampah' dari keluhan teman-temannya, bahkan seringkali memberikan solusi dari setiap permasalahan orang lain. Namun sebaliknya, ia sangat tertutup dengan permasalahan dirinya.

Suatu ketika, saya menemukannya menangis di sandaran dinding. Dari balik tirai kamarnya, suaranya cukup terdengar sendu. Ya, hari itu bukanlah sepertiga malam, yang biasa menjadi tempat mengaduh dan berdo'a, yang biasa diselingi dengan isak tangisan. Waktu itu sore hari - waktu dimana banyak orang tertawa dan disibukkan dengan rutinitas hariannya. Sempat ingin saya ketuk pintu kamarnya perlahan, lalu menanyakan apa yang terjadi padanya. Namun setelah difikir ulang, saya rasa ia sedang membutuhkan kemerdekaan untuk menikmati kesendirian.

Akhir-akhir ini, saya semakin sering melihatnya termenung. Semakin sering melihatnya mengerutkan dahi dibanding tersenyum lebar seperti dulu kala. Rasanya cukup rindu mendengar gurauan yang kadang membuat tawa. Selalu rindu melihatnya menularkan semangat kepada siapapun yang berada di dekatnya. Semangatnya hanya menggelora ketika ia mengisi di pelbagai seminar dan pelatihan. Suaranya yang kadang terserak saat muhasabah yang menggetarkan, seringkali membuat tangisan sekaligus ledakan motivasi untuk memperbaiki diri. Saat ini, saya hanya menemukan dirinya 'hidup' saat berada di hadapan banyak orang, namun seperti melihat 'mayat mati' ketika ia berada dalam kesendirian. bersambung.....

Karya

Meminang Bidadari Kisah tentang perjuangan untuk bisa belajar mencintai dan berkorban. Pertaubatan seorang WTS untuk menemukan cinta sejatinya, dan penerimaan seorang lelaki sholeh kepada seorang pendamping hidup yang memiliki masa lalu yang kelam. (Baca Selengkapnya)
Merajut Mimpi Merenungkan kehidupan berarti menemukan pertanyaan dan berupaya memberi jawaban terhadap pertanyaan yang muncul di atas nalar manusiawi. Banyak sekali pertanyaan yang perlu di jawab demi mengungkap keber-makna-an kehidupan kita. Makna adalah "makanan" dari nalar manusia.. Maka maknai kehidupan kita, agar setiap hembusnya memilki arti untuk dipahami..” (Baca Selengkapnya)
4 Musim Cinta Kisah berlatar negri jerman, tepatnya di kota Heidelberg. Kota yang dikenal sebagai kota paling romantis di negri jerman. Tentang kisah hidup seorang Alysha (Mahasiswi berprestasi dan agen intelegen) menemukan cinta, jalan hidup dan Tuhannya. (Baca Selengkapnya)
 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.