Post Update :

Istikharah Cinta

Minggu, 10 Juli 2011

Ini adalah istikharah pertama nisa. Saat dihadapkan pada pilihan hidup yang rumit, ia selalu memulainya dengan 'meminta pendapat tuhan' mengenai pilihannya. Setelah sujud terakhirnya di sepertiga malam, ia melanjutkan sholat 2 rakaat yang dipercayainya mampu memantapkan hatinya untuk menentukan pilihan. Dalam do'anya, ia meneteskan airmata penuh kekhusyu'an...

"Ya Allah, aku memohon pilihan menurut pengetahuan-Mu dan memohon penetapan dengan kekuasaan-Mu, juga aku memohon karunia-Mu yang besar, sebab sesungguhnya Engkau-lah yang berkuasa dan aku tidak berkuasa. Engkaulah yang Maha Tahu, dan aku tidak mengetahui apa-apa. Engkau mengetahui segala yang gaib.

Rabb, jika rencana pernikahan-ku ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat ataupun dalam waktu panjang, maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah. Serta berikanlah keberkahan di dalamnya..

Namun jika Engkau mengetahui bahwa rencana pernikahan ini buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat maupun dalam waktu panjang, maka jauhkanlah hal itu daripadaku. Jauhkanlah aku daripadanya serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja dimana saja adanya, kemudian puaskanlah hatiku dengan takdir-Mu itu..."


Semakin lama ayahnya semakin mendesaknya untuk memberiikan jawaban. Sudah 2 minggu ia diberi waktu, namun sampai saat ini nisa belum juga memberi jawaban atas pertanyaan ayahnya, sekaligus pertanyaan pemuda yang melamarnya 2 minggu silam.

Ia adalah seorang lelaki berumur 2 tahun terpaut diatas umur nisa. Anak salah seorang teman ayahnya. Secara perekonomian sudah mapan, karna pemuda itu bekerja di salah satu perusahan terkemuka di jakarta. Sudah memiliki mobil, rumah, bahkan menurut kabar sudah mempersiapkan tabungan untuk berbulan madu bersama nisa ke luar negri. Itupun jika nisa tidak menolak lamarannya.

Namun nisa memiliki keraguan dalam hatinya. Karna lelaki yang melamarnya belum memiliki pemahaman agama yang baik. Kalau untuk mengerjakan kewajiban agama memang tidak pernah bolong, tapi kalau untuk membina rumah tangga dengan pemahaman agama seadanya seperti itu, rasanya ia masih ragu. Dari dulu nisa berkeinginan memiliki seorang suami yang mapan, bukan hanya mapan dalam masalah perekonomian, tapi juga dalam keagamaan. Karna baginya, pernikahan yang berkah harus mampu melahirkan generasi-generasi yang berjuang untuk ummat, bukan sebatas menjadikan anak-anaknya sebagai konglomerat..

Ini istikharah kedua nisa. Ia telah berazam, jika sampai 3 hari ini belum ada kecendrungan untuk memilih tawaran ayahnya, maka ia akan memutuskan untuk menolaknya. Hingga pada hari keempat, ternyata belum ada tanda-tanda kecendrungan baginya untuk memilih lelaki pilihan ayahnya. Maka dengan sopan santun, ia harus berkata sejujurnya...

"Maaf yah, nisa belum bisa menerimanya. Bukan karna ia tidak baik dan kurang mapan. Namun bagi nisa, lelaki yang memililki pemahaman agama yang baik, seharusnya menjadi kriteria utama kita dalam menentukan pendamping hidup. Nisa berharap ayah mengerti alasan nisa. Lagipula kewajiban menikah bagi nisa bukan menjadi hal yang mendesak saat ini. Do'akan saja, semoga suatu saat ada lelaki yang lebih baik untuk nisa dan calon menantu yang terbaik untuk ibu dan ayah...."

Jawaban nisa dengan ucapan yang sangat santun itu tak dapat disanggah ayahnya. Hanya desahan nafas yang cukup berat ayahnya dan kata singkat yang di dengar nisa. "Baiklah kalau memang itu jawabanmu, ayah dan ibu tidak bisa memaksakan kehendakmu.."


Ini adalah istikharah ketiga nisa. Dengan do'a serupa seperti sebelum-sebelumnya. Ia kembali melantunkannya dengan penuh kekhusyuan. Kali ini ia harus istikharah lagi dengan pilihan yang berbeda. Kali ini yang datang melamar adalah lelaki pilihan ibunya. Lelaki berjanggut tipis dengan pemahaman agama yang tidak boleh diragukan. Ia adalah anak seorang ustadzah yang menjadi teman ibunya di pengajian. Perekonomiannya lumayan mapan. Karna lelaki kali ini memiliki beberapa toko buku islam yang bertempat di pinggir ibukota.

Semua aspek telah diamati nisa dengan cermat, dan hampir tidak ada cela. Namun, ia lagi-lagi tak mampu memberi jawaban secara langsung. Belum ada hal yang membuatnya cenderung memilih lelaki yang ada di depannya. Ia meminta waktu seminggu untuk diberi kesempatan istikharah sebelum memantapkan pilihan. Tidak ada yang keberatan, baik dari pihak calon ataupun pihak keluarga nisa. Hanya satu permintaan lelaki itu, ia tak bisa menunggu waktu lebih dari 2 minggu. Jika lewat 2 minggu tidak ada jawaban, maka proses ta'aruf tidak akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan....

Setelah shalat malamnya, ia membuka tirai dan memandang ke arah luar. Udara dingin menyeruak masuk ke dalam kamar. Tak lama ia menatap ke atas langit, ia paling suka memandangi bulan saat malam. Seakan cahaya-nya mampu memberinya energi kehidupan, dan seperti biasa, ia mengambil buku diary yang sampai saat ini masih menemaninya. Sambil merenung, ia goreskan tinta di atas kertas diary-nya..

Malam ini aku menantikan cahaya bulan
Seperti beberapa malam sebelumnya
dalam istikharah dan sujud yang berkepanjangan
dalam penantian yang tak kunjung usai
Namun, telah bermalam-malam yang kutemukan hanya bintang
Rembulan yang kunantikan tak kunjung datang
Kuhanya menantinya untuk melihat sabit bukan purnama
Namun lagi-lagi..
yang kulihat hanyalah bintang yang berserakan di alam
Diantaranya ada yang berpijar begitu terang
Aku terus merenung dan bertanya...
Perlukah aku terus menanti rembulan??
Jika begitu banyak bintang berpijar yang mampu menemaniku menikmati malam...
Ini adalah istikharah ke empat nisa. Namun belum ada tanda-tanda kecenderungan atau apapun yang membuatnya berat pada satu pilihan. Terkadang ia jadi berfikir, apakah ia bukan orang yang normal? Manusia yang tidak memiliki kecendrungan. Namun ia tepis segala kegalauan atas parasangka buruk di hatinya. Tak lama bibirnya mengucap istighfar kemudian berdzikir sambil terus memohon pilihan...

Tiba-tiba bayang-bayang ahmad menyeruak di hatinya. Lelaki yang ia kenal selama ini, namun bukan lelaki yang terlihat mencintainya...

bersambung...
(Cuplikan "Meminang Bidadari" - Afief Alkhawarizm)


"Ya Allah ya Tuhanku,
andaikau takdirkan dia untukku
menjadi teman arungi hidup ini
Satukan hatiku hatinya, amanahkan bahagia, kemesraan selamanya..."


Jatinangor, 10 Juli 2011
`Saat cinta mengusik jiwa, semoga dalam rongga ini hanya ada satu nama-Nya`
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.