Cinta adalah hal yang bisa dipelajari nis", seru ayahnya. "Ayah yakin, Amar adalah lelaki yang cocok untukmu. Ia sekufu bagimu, seperti Faiz yang juga lelaki yang baik untukmu. Tapi cobalah berfikir lebih jernih anakku. Kamu tak punya alasan yang syar'i untuk menolaknya. Di sisi lain, sampai saat ini faiz belum juga melamarmu. Apakah kamu ingin terus menunggu dalam ketidakpastian? Sedangkan telah jelas ada seorang lelaki lain yang ingin menikahimu??"
Tentunya kau faham sabda nabi yang mengatakan, apabila datang kepadamu seorang yang engkau sukai agama dan akhlaknya untuk mengkhitbah, maka terimalah! Kalau tidak engkau lakukan maka akan terjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi!!”, kalimat yang diucapkan ayahnya ini membuat nya semakin tertekan. Sejujurnya ia telah mati langkah untuk menolaknya lamaran Amar. Ada getaran yang dahsyat di hati nisa. Ia tak ingin mendapat laknat Allah karna menolak lamaran seorang lelaki telah jelas kesholehannya. Ia tahu, Amar adalah sosok lelaki yang mendekati sempurna. Ia merupakan keturunan orang kaya, cerdas, mandiri dan berpengetahuan tinggi. Namun sejujurnya, ia tak mampu mengabaikan perasaan cintanya pada Faiz. Lelaki yang begitu memesona dimatanya. Bukan karna harta, ketampanan atau keturunannya, tapi faiz memesona bagi dirinya karna kesederhanaannya.
Hanya karna kesederhanaan?? Alasan itu yang membuat ayahnya benar-benar tak memahaminya, sekaligus tak menerima alasannya. Namun bagi nisa, bukan hanya karna satu alasan saja. Bahkan ia memiliki beribu alasan untuk menunggu pinangan lelaki yang sangat dicintainya. Ya, 2 tahun telah cukup menguatkan hati nisa untuk memantapkan pilihannya. Dan nisa, bukanlah seorang wanita yang mudah terombang-ambing mengikuti alur perasaan. Sekali ia menentukan pilihan, maka itulah pilihan yang telah difikirnya matang-matang. Namun bagaimana bisa semua alasannya terbantah oleh sanggahan kedua orangtuanya?
Lalu bagaimanakah Nisa mempertahankan cintanya? Akankah ia merasakan layaknya Siti Nurbaya, yang dipaksa menikahi pilihan kedua orangtuanya? Ahh rasanya tidak, sungguh berbeda. Ia yakin, Ayah dan ibunya benar-benar memikirkan masa depan dan kebaikan bagi dirinya, seperti hal lainnya yang selama ini mereka berikan padanya.
Ia pasrah dalam sujud-sujud istikharahnya. Ia yakin, Allah telah menetapkan jodoh terbaik untuk semua hambanya. Tak akan salah apa yang telah ditetapkan takdir-Nya. Tak akan tertukar apapun yang telah dipasangkan oleh-Nya. Apa yang ia lakukan sekarang, adalah ikhtiar untuk membuka tabir jodoh yang selama ini menjadi misteri baginya. Apapun jawabannya, ia hanya dapat pasrah dan menjalaninya dengan ikhlas...
Ingat nisa, Cinta adalah hal yang bisa dipelajari, maka belajarlah untuk mencintai....
Jatinangor, 4 April 2011 - 19:09:45
0 komentar:
Posting Komentar