Akhi, ukhti, afwan...
Memang benar dan harus kita akui. Bahwa iman kita tak sekuat nabi dan para sahabat. Namun pantaskah alasan itu selalu dijadikan pembenaran dari semua kelalaian dan kesalahan kita? Bukankah malah sebaliknya, seharusnya kita banyak belajar dari mereka. Karna kita berada di zaman yang berbeda, dan tentunya, ujian kita-pun tak sebanding dengan ujian yang menghantam para nabi dan sahabat terdahulu.
Ya, ketika para sahabat benar-benar mengorbankan nyawa-nya demi tertegaknya al-islam, bagaimanakah diri kita? Akankah kita merasa cukup mensudahi amalan dakwah ini hanya karna secuil ujian perasaan?? Merasa cukupkah kita diuji, karna seucap kata hinaan dan setitik belenggu kekecewaan???
Sahabat, seorang nabi yang mulia, yang akhlaqnya telah di-patenkan untuk dijadikan suri teladan - masih mengalami cercaan, hinaan, sumpah serapah, dikatai gila, busuk, penggila wanita, dan hinaan yang sangat tak pantas lainnya. Ya, hinaan itu bukan semata-mata pantas ditujukan padanya. Karna kemuliaan akhlaqnya, bahkan tak sanggup terlukiskan dalam bait-bait pujian.
Bukankah semua hinaan itu sangat-sangat lebih menghinakan dibanding sekata hinaan yang ditujukan pada kita. Ya, pada kita, yang memang penuh lumpur dan debu karna dosa yang sering kita lakukan. Pada maksiat-maksiat yang seringkali tidak kita sadari. Sungguh, sungguh sahabat. Jika ditakar semua hinaan itu, dan dibandingkan dengan akhlaq kita yang sebenarnya, bukankah menghasilkan neraca yang setimbang??
Sahabat, Ketahuilah kita semua memiliki kecenderungan untuk kecewa. Saat itu pula, begitu banyak orang yang menahan kekecewaannya pada diri kita. Namun lihatlah mereka!! Mereka yang tetap tegar bersama kita, mereka yang tak pernah mengeluhkan kekecewaan, mereka yang terus menutupi perasaan. Bukankah mereka lebih baik dibandingkan kita yang selalu saja menampilkan kekecewaan?? Seakan-akan kita telah memberi segalanya pada jalan ini, pada agama dan Tuhan!!. Dan mereka, hanya memegang peran tambahan yang tak pantas menuntut kekecewaan pula pada diri kita??
Sahabat, ketahuilah.. kekecewaan kita adalah rekayasa syetan yang mencoba menjerumuskan kita ke jalan ke-futuran. Yang tak akan lebih, ujungnya selalu berlabuh pada kesesatan...
Padahal disisi lain, tahukah kau??
Tahukah bahwa ada orang-orang yang rela berjalan kaki hingga sampai ke tempat liqo-an. Bahwa ada diantara kita yang menyisihkan separuh uang bulanannya sekedar untuk menutupi kebutuhan dakwah . Bahwa ada diantara kita yang memaksan hadir syuro walau dirinya sedang sakit dan sangat butuh istirahat.
Tahukah kita?? Pernahkah kita melakukannya? Atau hanya sekedar merasakan apa yang diperjuangkan saudara-saudara kita di luar sana? Namun diri kita belum pernah berjuang seperti layaknya mereka yang berjuang melebihi batas kemampuannya?
Sahabat, sejujurnya. Jika kita merasa kecewa, bahkan ingin pergi dari jalan ini, fikirkanlah.. Berapa banyak para syuhada yang merelakan harta dan jiwanya. Dan kita disini, cukup merasa puas dengan meluangkan waktu senggang saja...
Tahukah sahabat.. sejujurnya tak ada alasan untuk kita untuk berlama-lama dalam kondisi penuh kata kecewa. Tahukah kau, saat amarah ini ditahan untuk sekedar menjaga ukhuwah, saat terpaksa tersenyum kecut walau tersakiti, saat begitu banyak pengabaian atas semua perhatian, saat belum benar-benar tersadar akan semua tanggung jawab, ketahuilah saat itu pula banyak sahabat-sahabatmu yang merasa serupa denganmu. Kecewa, sakit hati, lelah di jalan ini. Ya semua merasakan hal yang serupa. Namun bedanya, mereka tetap tegar menjalaninya.
Buktikanlah, bahwa kekecewaan yang kita rasakan tidak akan pernah menjadi alasan untuk berpaling dari jalan ini karna merasa kelelahan. Namun kekecewaan ditujukan agar dapat dijadikan pembelajaran untuk perbaikan...
Sahabat, aku-pun tersadar.Ketika banyak yang kecewa, seringkali dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan biasa. Saat kita terbiasa mengklaim bahwa jamaah ini adalah kumpulan manusia, bukan jamaah malaikat ataupun nabi. Hingga menganggap lumrah kelalaian dalam kepemimpinan. Ini-pun sama salahnya. Bedanya, alasan yang terdahulu untuk para jundi-jundiyah, dan alasan ini menjadi alasan para qiyadah...Naudzubillah!!
Jatinangor, 4 April 2011 - 12:27:45
Memang benar dan harus kita akui. Bahwa iman kita tak sekuat nabi dan para sahabat. Namun pantaskah alasan itu selalu dijadikan pembenaran dari semua kelalaian dan kesalahan kita? Bukankah malah sebaliknya, seharusnya kita banyak belajar dari mereka. Karna kita berada di zaman yang berbeda, dan tentunya, ujian kita-pun tak sebanding dengan ujian yang menghantam para nabi dan sahabat terdahulu.
Ya, ketika para sahabat benar-benar mengorbankan nyawa-nya demi tertegaknya al-islam, bagaimanakah diri kita? Akankah kita merasa cukup mensudahi amalan dakwah ini hanya karna secuil ujian perasaan?? Merasa cukupkah kita diuji, karna seucap kata hinaan dan setitik belenggu kekecewaan???
Sahabat, seorang nabi yang mulia, yang akhlaqnya telah di-patenkan untuk dijadikan suri teladan - masih mengalami cercaan, hinaan, sumpah serapah, dikatai gila, busuk, penggila wanita, dan hinaan yang sangat tak pantas lainnya. Ya, hinaan itu bukan semata-mata pantas ditujukan padanya. Karna kemuliaan akhlaqnya, bahkan tak sanggup terlukiskan dalam bait-bait pujian.
Bukankah semua hinaan itu sangat-sangat lebih menghinakan dibanding sekata hinaan yang ditujukan pada kita. Ya, pada kita, yang memang penuh lumpur dan debu karna dosa yang sering kita lakukan. Pada maksiat-maksiat yang seringkali tidak kita sadari. Sungguh, sungguh sahabat. Jika ditakar semua hinaan itu, dan dibandingkan dengan akhlaq kita yang sebenarnya, bukankah menghasilkan neraca yang setimbang??
Sahabat, Ketahuilah kita semua memiliki kecenderungan untuk kecewa. Saat itu pula, begitu banyak orang yang menahan kekecewaannya pada diri kita. Namun lihatlah mereka!! Mereka yang tetap tegar bersama kita, mereka yang tak pernah mengeluhkan kekecewaan, mereka yang terus menutupi perasaan. Bukankah mereka lebih baik dibandingkan kita yang selalu saja menampilkan kekecewaan?? Seakan-akan kita telah memberi segalanya pada jalan ini, pada agama dan Tuhan!!. Dan mereka, hanya memegang peran tambahan yang tak pantas menuntut kekecewaan pula pada diri kita??
Sahabat, ketahuilah.. kekecewaan kita adalah rekayasa syetan yang mencoba menjerumuskan kita ke jalan ke-futuran. Yang tak akan lebih, ujungnya selalu berlabuh pada kesesatan...
Padahal disisi lain, tahukah kau??
Tahukah bahwa ada orang-orang yang rela berjalan kaki hingga sampai ke tempat liqo-an. Bahwa ada diantara kita yang menyisihkan separuh uang bulanannya sekedar untuk menutupi kebutuhan dakwah . Bahwa ada diantara kita yang memaksan hadir syuro walau dirinya sedang sakit dan sangat butuh istirahat.
Tahukah kita?? Pernahkah kita melakukannya? Atau hanya sekedar merasakan apa yang diperjuangkan saudara-saudara kita di luar sana? Namun diri kita belum pernah berjuang seperti layaknya mereka yang berjuang melebihi batas kemampuannya?
Sahabat, sejujurnya. Jika kita merasa kecewa, bahkan ingin pergi dari jalan ini, fikirkanlah.. Berapa banyak para syuhada yang merelakan harta dan jiwanya. Dan kita disini, cukup merasa puas dengan meluangkan waktu senggang saja...
Tahukah sahabat.. sejujurnya tak ada alasan untuk kita untuk berlama-lama dalam kondisi penuh kata kecewa. Tahukah kau, saat amarah ini ditahan untuk sekedar menjaga ukhuwah, saat terpaksa tersenyum kecut walau tersakiti, saat begitu banyak pengabaian atas semua perhatian, saat belum benar-benar tersadar akan semua tanggung jawab, ketahuilah saat itu pula banyak sahabat-sahabatmu yang merasa serupa denganmu. Kecewa, sakit hati, lelah di jalan ini. Ya semua merasakan hal yang serupa. Namun bedanya, mereka tetap tegar menjalaninya.
Buktikanlah, bahwa kekecewaan yang kita rasakan tidak akan pernah menjadi alasan untuk berpaling dari jalan ini karna merasa kelelahan. Namun kekecewaan ditujukan agar dapat dijadikan pembelajaran untuk perbaikan...
Sahabat, aku-pun tersadar.Ketika banyak yang kecewa, seringkali dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan biasa. Saat kita terbiasa mengklaim bahwa jamaah ini adalah kumpulan manusia, bukan jamaah malaikat ataupun nabi. Hingga menganggap lumrah kelalaian dalam kepemimpinan. Ini-pun sama salahnya. Bedanya, alasan yang terdahulu untuk para jundi-jundiyah, dan alasan ini menjadi alasan para qiyadah...Naudzubillah!!
Jatinangor, 4 April 2011 - 12:27:45
0 komentar:
Posting Komentar