Aku ingin melukis asa dengan apa yang kumiliki saat ini. karena harapan adalah nyawa yang membuat kehidupan disaat akan menyerah kepada takdir. karena Tuhan masih menyiapkan jalan cerita lain bagi kita yang berusaha. Menyerah pada takdir, adalah mimpi pecundang yang menyia-nyiakan anugrah tuhan, bahkan kita telah membunuh diri sendiri.
Aku ingin berteriak dengan lantang. Menggemakan keadilan dan kebenaran. Walau usia telah melumat nyawa, walau hanya ada kata terakhir yang mampu terucap : LAWAN!!
Aku ingin setiap waktuku adalah nadi yang terus berdenyut untuk kehidupan banyak orang. Hidup yang bukan sebatas menggemukkan diri sendiri. Aku ingin setiap helaan nafas menjadi sumber kehidupan orang yang kucintai, bahkan orang-orang yang sempat kubenci. Karna Tuhan yang memiliki segalanyapun mau memaafkan, saat diri kerdil ini mencoba memamerkan kesombongan.
Aku ingin hidup untuk menantang alam, menikmati ujian sebagai tebing yang harus kuterjang. Saat banyak batu yang harus kuinjak, atau ranjau tak tak boleh kutapak, aku ingin meninggalkan jejak dalam tapak sejarah peradaban. Merubah dunia dari sisi yang dapat kujangkau dengan mata. Melihat, merasa, hayati, fikir, dan merubah apa yang kumampu lakukan.
Aku ingin hidup dengan desah nafas yang membara, membakar kemalasan hingga peluh menetes basah di sekujur tubuh walau renta.
Bahkan, aku ingin mati dalam ketidaknyamanan. Terbujur kaku di ranjang kemalasan. Aku ingin mengakhiri hidup saat berjuang, saat melantangkan kebenaran. Bukan saat senyum merekah gembira, merasa nyaman dengan pengkhianatan, kekejian, bahkan penindasan hak kemanusiaan.
Aku tak ingin pasrah dari belenggu takdir. Ingin rasanya melawan rantai keadaan atas ketidakberdayaan. Walau kutahu Tuhan hanya memberi nafas di sisa detik ini, ingin rasanya kupersembahkan hidup untuk memberikan manfaat terakhir sebisaku. Aku tak ingin mati dengan tenang, tapi mati saat berlumuran peluh dan darah rasanya lebih mulia untuk menebus semua kesia-siaanku selama ini.
Aku ingin berucap lirih saat kematian : Laa ilaaha illallah, Muhammada Rosulullah!!
Jemput aku ya Rabb, jemput kematianku dengan malaikat-Mu...
Depok, 17 September 2010
(Disaat bumi kembali basah dengan hujan)
0 komentar:
Posting Komentar