Masa Kecil yang Imut Amit-amit
Jadi teringat masa muda dulu, ketika harus menempa ilmu di salah satu pondok pesantren di Kawasan pegunungan, Cipanas-Puncak. Teringat ketika saat pertama kali datang dan berhasil melamar pondok yang satu ini. Teringat hari pertama, ketika harus memakan masakan sop ayam dengan bumbu khusus, sebuah kecoa!!.. Ughh,, mengingatnya sungguh menjijikkan. Tapi karena sangat lapar, ya terpaksa harus membuang kecoa yang terdampar di tengah kerumunan nasi dan sayuran, dan kembali MAKAN..!! Hoeekksss..
Teringat ketika bertemu teman-teman spesial dengan segala keluguannya saat itu : Miqdad, Wanchu, Deni, Arby, Arif, dengan kakak kamar Ka Firlian. Ingin rasanya mengenang bersama masa-masa kecil dulu, ketika untuk BAB (*sensor) pun harus mengantri lama, mengambil air dari kamar mandi ke WC, membawa beberapa ember, dan meminta tolong kepada temen sekamar kalau udah kebelet!! ^^'
Lagi-lagi teringat, saat ikut tampil di acara perpisahan kelas tiga. Menjadi salah satu artis dalam drama "The Power Of Edan". Teringat ketika harus memainkan peran konyol, dan aku paling gak bisa drama!! Tapi karna dalam sebuah drama, pasti ada pemeran utama, kekonyolan tetap membuat penonton tertawa, walaupun garing sepertinya. Jadi teringat waktu pertama kali harus tampil, memberanikan diri membawakan nasyid acapela, dan ternyata MIC-nya mati!!! Bingung harus bagaimana, udah berisik, tapi suara ga bisa lebih kencang, Kemerduan itu berganti menjadi Ketak-maluan, alias malu2in.. Ahh rasanya itu pengalaman pahit saat naik panggung! Maklum kalau mau jadi artis katanya ya harus terbiasa malu dengan kondisi yang tidak mengenakkan... haahhhhhhhh......
Kuliah.....
2 tahun yang lalu, setelah bersusah payah mengikuti berbagai persiapan untuk mengikuti SNMPTN, akhirnya saya ditakdirkan untuk hidup di belahan bumi yang lain. Hidup di Universitas yang saya tidak begitu banggakan, karna saya kurang tau trade record unpad saat itu, dengan memilih jurusan dengan background pendidikan yg cukup sulit, FISIKA. Ya kuliah kan buat menuntut ilmu, maka pilihan saya berpacu pada ilmu yang tidak saya kuasai, kalau sudah bisa buat apa belajar lagi, begitu fikiran sederhana saya saat itu. Dengan entengnya, saya merasa PD dengan jurusan yang saya taksir, entah yakin berhasil atau tidak.
OSPEK Mode On..
Masa-masa OSPEK begitu melelahkan. Pertama lelah karna membuat persiapannya, dari mulai alas duduk, nametag, buku OSPEK, dll. Kedua karna lelah memikirkan, buat apa sieh bikin kayak ginian?? Ga penting banget ya?.. Yah tapi begitulah dunia, siapa yang hidup lebih dahulu, ia lebih berkuasa. Berkuasa iseng, berkuasa untuk jahil, dan berkuasa untuk menentukan jalan hidup kita!! (Gak banget deh).
Dengan dalih mencari usul kongkrit, kami terpaksa untuk berpush-up ria, esensinya : ya sekalian olahraga. Kalau gak mau di push up ya silakan ajukan solusi yang lebih kongkrit, kalau ga bisa? Ya push up lagi!! Begitlah pola pendidikan yang kurang saja setuju saat itu. Tapi ternyata tak bisa dipungkiri, sisi kebersamaan kami terbentuk, walaupun 'dipaksa' dengan menggunakan metode yang para senior pahami.
Hingga saat pelantikan anggota muda Himpunan itu tiba, dan ternyata solusi yang lebih kongkrit di pandangan senior untuk menunjukkan kebersamaan kami adalah dengan meneriakkan : HIFI 3x!!... Huffhh...
Kalau kata kebanyakan teman dan senior mengatakan : Mabim (OSPEK) adalah masa-masa yang paling dikenang, namun sebuah hal yang tidak mau untuk diulang....
HIFI... HIFI... HIFI...
Hingga pada saatnya tiba, saya tidak pernah membayangkan harus menjadi salah satu orang terdepan dalam memajukan himpunan. Dorongan sahabat, walau dalam keterpaksaan saat itu, membuat saya harus maju menjadi kandidat, dan akhirnya terpilih. Tidak ada lagi kata keterpaksaan setelah maju, Itu adalah jalan seorang lelaki!! Hadapi saja, meski berat, meski melelahkan.. Lagi-lagi harus diuji dengan sebuah amanah.
Kini, aku hidup ditengah keluarga sederhana. Sebuah Organisasi yang tidak aku bayangkan sebelumnya. Melanjutkan perjuangan dalam lembaga kemahasiswaan. Perjuangan memang tidak akan pernah berhenti, sebelum semua kembali pada kondisi ideal. Perjuangan untuk meneriakkan semangat mahasiswa. Sudah hampir 6 bulan kini, kami dihadapkan akan realita perjuangan yang melelahkan. Perjalanan itu masih panjang kawan...
IHAMAFI
Lagi-lagi, tak pernah terfikirkan untuk menjadi pengurus organisasi skala nasional yang satu ini. Sepertinya amanah tak pernah memandang pundak yang memikulnya. Tak melihat kesanggupan siapa yang memegangnya.Terlalu mudah dialamatkan, tanpa tahu, apakah alamatnya nyasar atau nggak. Tapi mungkin ini kesempatan untuk memberikan kontribusi yang lebih untuk bangsa, mencoba untuk ikhlas, walaupun memang berat. Jogjakarta, baru pertama kalinya aku kesana, dan langsung mendapatkan hadiah, Sebuah amanah.
Huffhh,, sudah 21 tahun kini aku dunia ini. Dan rasa-rasanya, belum membuat apapun yang bisa dibanggakan saat tua kelak. Boro-boro untuk mengukir tinta emas, yang ada hanya lembaran kelabu yang senantiasa kutorehkan dari berbagai lembaran kertas putih dalam jalan kehidupan yang kujalani. Ingin rasanya menggapai semua mimpi saat ini, menggapai semua cita-cita yang kuimpikan dulu; Menjadi seorang Ilmuwan yang bisa Melukis dan Menulis, serta menjadi motivator handal.. Mimpi-mimpi itu selalu menghantui, hingga aku harus terbangun dari khayalan semu. Belum satupun mimpi yang berhasil kuraih.Prestasiku masih tanggung-tanggung, dibilang berprestasi tidak, dibilang tidak memiliki prestasi ya punya. Entah sampaikapan aku harus hidup dalam kerancuan ini. mungkin aku teralalu banyak berharap atas semua potensi yang kumiliki, tanpa memikirkan keterbatasan waktu yang kupunya. Tidak FOKUS. Saatnya intropeksi diri. Demi masa depan yang lebih baik :
Jadi teringat masa muda dulu, ketika harus menempa ilmu di salah satu pondok pesantren di Kawasan pegunungan, Cipanas-Puncak. Teringat ketika saat pertama kali datang dan berhasil melamar pondok yang satu ini. Teringat hari pertama, ketika harus memakan masakan sop ayam dengan bumbu khusus, sebuah kecoa!!.. Ughh,, mengingatnya sungguh menjijikkan. Tapi karena sangat lapar, ya terpaksa harus membuang kecoa yang terdampar di tengah kerumunan nasi dan sayuran, dan kembali MAKAN..!! Hoeekksss..
Teringat ketika bertemu teman-teman spesial dengan segala keluguannya saat itu : Miqdad, Wanchu, Deni, Arby, Arif, dengan kakak kamar Ka Firlian. Ingin rasanya mengenang bersama masa-masa kecil dulu, ketika untuk BAB (*sensor) pun harus mengantri lama, mengambil air dari kamar mandi ke WC, membawa beberapa ember, dan meminta tolong kepada temen sekamar kalau udah kebelet!! ^^'
Lagi-lagi teringat, saat ikut tampil di acara perpisahan kelas tiga. Menjadi salah satu artis dalam drama "The Power Of Edan". Teringat ketika harus memainkan peran konyol, dan aku paling gak bisa drama!! Tapi karna dalam sebuah drama, pasti ada pemeran utama, kekonyolan tetap membuat penonton tertawa, walaupun garing sepertinya. Jadi teringat waktu pertama kali harus tampil, memberanikan diri membawakan nasyid acapela, dan ternyata MIC-nya mati!!! Bingung harus bagaimana, udah berisik, tapi suara ga bisa lebih kencang, Kemerduan itu berganti menjadi Ketak-maluan, alias malu2in.. Ahh rasanya itu pengalaman pahit saat naik panggung! Maklum kalau mau jadi artis katanya ya harus terbiasa malu dengan kondisi yang tidak mengenakkan... haahhhhhhhh......
Kuliah.....
2 tahun yang lalu, setelah bersusah payah mengikuti berbagai persiapan untuk mengikuti SNMPTN, akhirnya saya ditakdirkan untuk hidup di belahan bumi yang lain. Hidup di Universitas yang saya tidak begitu banggakan, karna saya kurang tau trade record unpad saat itu, dengan memilih jurusan dengan background pendidikan yg cukup sulit, FISIKA. Ya kuliah kan buat menuntut ilmu, maka pilihan saya berpacu pada ilmu yang tidak saya kuasai, kalau sudah bisa buat apa belajar lagi, begitu fikiran sederhana saya saat itu. Dengan entengnya, saya merasa PD dengan jurusan yang saya taksir, entah yakin berhasil atau tidak.
OSPEK Mode On..
Masa-masa OSPEK begitu melelahkan. Pertama lelah karna membuat persiapannya, dari mulai alas duduk, nametag, buku OSPEK, dll. Kedua karna lelah memikirkan, buat apa sieh bikin kayak ginian?? Ga penting banget ya?.. Yah tapi begitulah dunia, siapa yang hidup lebih dahulu, ia lebih berkuasa. Berkuasa iseng, berkuasa untuk jahil, dan berkuasa untuk menentukan jalan hidup kita!! (Gak banget deh).
Dengan dalih mencari usul kongkrit, kami terpaksa untuk berpush-up ria, esensinya : ya sekalian olahraga. Kalau gak mau di push up ya silakan ajukan solusi yang lebih kongkrit, kalau ga bisa? Ya push up lagi!! Begitlah pola pendidikan yang kurang saja setuju saat itu. Tapi ternyata tak bisa dipungkiri, sisi kebersamaan kami terbentuk, walaupun 'dipaksa' dengan menggunakan metode yang para senior pahami.
Hingga saat pelantikan anggota muda Himpunan itu tiba, dan ternyata solusi yang lebih kongkrit di pandangan senior untuk menunjukkan kebersamaan kami adalah dengan meneriakkan : HIFI 3x!!... Huffhh...
Kalau kata kebanyakan teman dan senior mengatakan : Mabim (OSPEK) adalah masa-masa yang paling dikenang, namun sebuah hal yang tidak mau untuk diulang....
HIFI... HIFI... HIFI...
Hingga pada saatnya tiba, saya tidak pernah membayangkan harus menjadi salah satu orang terdepan dalam memajukan himpunan. Dorongan sahabat, walau dalam keterpaksaan saat itu, membuat saya harus maju menjadi kandidat, dan akhirnya terpilih. Tidak ada lagi kata keterpaksaan setelah maju, Itu adalah jalan seorang lelaki!! Hadapi saja, meski berat, meski melelahkan.. Lagi-lagi harus diuji dengan sebuah amanah.
Kini, aku hidup ditengah keluarga sederhana. Sebuah Organisasi yang tidak aku bayangkan sebelumnya. Melanjutkan perjuangan dalam lembaga kemahasiswaan. Perjuangan memang tidak akan pernah berhenti, sebelum semua kembali pada kondisi ideal. Perjuangan untuk meneriakkan semangat mahasiswa. Sudah hampir 6 bulan kini, kami dihadapkan akan realita perjuangan yang melelahkan. Perjalanan itu masih panjang kawan...
IHAMAFI
Lagi-lagi, tak pernah terfikirkan untuk menjadi pengurus organisasi skala nasional yang satu ini. Sepertinya amanah tak pernah memandang pundak yang memikulnya. Tak melihat kesanggupan siapa yang memegangnya.Terlalu mudah dialamatkan, tanpa tahu, apakah alamatnya nyasar atau nggak. Tapi mungkin ini kesempatan untuk memberikan kontribusi yang lebih untuk bangsa, mencoba untuk ikhlas, walaupun memang berat. Jogjakarta, baru pertama kalinya aku kesana, dan langsung mendapatkan hadiah, Sebuah amanah.
Huffhh,, sudah 21 tahun kini aku dunia ini. Dan rasa-rasanya, belum membuat apapun yang bisa dibanggakan saat tua kelak. Boro-boro untuk mengukir tinta emas, yang ada hanya lembaran kelabu yang senantiasa kutorehkan dari berbagai lembaran kertas putih dalam jalan kehidupan yang kujalani. Ingin rasanya menggapai semua mimpi saat ini, menggapai semua cita-cita yang kuimpikan dulu; Menjadi seorang Ilmuwan yang bisa Melukis dan Menulis, serta menjadi motivator handal.. Mimpi-mimpi itu selalu menghantui, hingga aku harus terbangun dari khayalan semu. Belum satupun mimpi yang berhasil kuraih.Prestasiku masih tanggung-tanggung, dibilang berprestasi tidak, dibilang tidak memiliki prestasi ya punya. Entah sampaikapan aku harus hidup dalam kerancuan ini. mungkin aku teralalu banyak berharap atas semua potensi yang kumiliki, tanpa memikirkan keterbatasan waktu yang kupunya. Tidak FOKUS. Saatnya intropeksi diri. Demi masa depan yang lebih baik :
~Ya Rabb, Jika aku tak mampu untuk meraih semua mimpi-ku di dunia, Ijinkanlah aku untuk menjemput mimpi-ku di Syurga-Mu~
(Afief Alkhawarizm)
(Afief Alkhawarizm)
0 komentar:
Posting Komentar