Post Update :

Posting Populer

Motivasi

Hidup tanpa motivasi bagaikan berkendara tanpa arah tujuan. Untuk mendapatkan beberapa untaian kata motivasi yang inspiratif, anda bisa dapatkan disini :
-------------------------------------------------------------------------- Motivasi Islam -------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------- Motivator Indonesia -------------------------------------------------------------------------- Salam Super Mario Teguh

Organisasi Kehidupan

Senin, 11 Juli 2011

"Belum pernah terlihat ada obat yang lebih mujarab bagi dua orang yang sedang dimabuk cinta, selain menikah" (H.R. Thabrani dan Ad-Dailami)

Banyak orang yang memulai kehidupan rumah tangganya dengan hal yang besar. Dengan impian, cita-cita dan harapan yang melekat pada diri mereka. Dengan cinta yang mereka tumbuh kembangkan hingga membuahkan kasih sayang. Namun ironisnya, banyak rumah tangga yang keharmonisannya tidak bertahan lama. Seakan impiannya saat menikah dahulu, hanyalah sekelumit bayang-bayang kehidupan. Cinta dan iman seakan menjadi alasan yang kerdil dibandingkan dengan peliknya permasalahan yang menyulut api perceraian. Maka, mungkin yang perlu kita perbaiki adalah orientasi yang benar mengenai pernikahan. Karna banyak orang yang menganggap pernikahan hanyalah untuk memiliki surat legalitas 'berhubungan badan'.

Saat pernikahan hanya dianggap sebagai sebuah prosesi tanpa esensi, maka disanalah bermula benih-benih kehancuran dalam membangun rumah tangga. Lalu bagaimana seharusnya pernikahan agar dapat dijadikan landasan awal dalam membangun rumah tangga? Setidaknya, perbaikilah tujuan kita ketika memilih untuk menikah. Karna pilihan yang terpenting dalam hidup tak pernah mudah, begitupun dengan MENIKAH!.

Tujuan Pernikahan :

1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta, kasih sayang dan ketenangan jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
5. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
6. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan).

Tujuan ini hanya sebatas referensi yang ane dapatkan dari salah satu sumber. Semoga ini menjadi tujuan minimal ketika kita memutuskan diri dari status membujang..

Keluarga adalah organisasi terumit dalam lingkup rumah tangga... Yang visinya bukan hanya berorientasi pada keberhasilan dunia, namun berorientasi pada keberhasilan meraih syurga.. Menuju Cinta dan Keridhoan-Nya..

Tidak sedikit dari kita yang menganggap keluarga hanya seperti sebuah rumah. Didalamnya kita dapat berteduh, melabuhkan lelah, dan melakukan berbagai aktifitas kehidupan. Tak lebih tak kurang. Atau adapula yang menganggap keluarga hanyalah sebuah kapal layar. Disana kita bersama mendayung hingga akhirnya sampai pada tempat tujuan. Kita dapat mengganti kapal manapun yang kita mau, ketika tujuannya telah berbeda. Pelabuhan yang kita tuju adalah peristirahatan sementara dalam pengembaraan kehidupan. Berpindah dari pelabuhan satu menuju pelabuhan lainnya. Hingga orientasi begitu cepat berubah. (Ngerti khan ya, maksud ana?? :))

Tidak sedikit dari kita, yang menjadikan keluarga sebagai pabrik penghasil manusia dengan kualitas seadanya. Asal bisa bertahan hidup dalam kurun waktu cukup lama, maka proses produksi barang yang biasa disebut 'manusia' itu tak lagi diperhatikan. Bahkan sebagian hanya mengandalkan modal uang untuk memproduksi generasi penerus, yang katanya menjadi harapan agama, masyarakat dan bangsa. Sebagian lainnya, ada yang menjadikan keluarganya sebagai mesin pencetak uang. Tujuannya adalah meningkatkan taraf kehidupan diatas rata-rata kondisi sosial dalam kemewahan dan harta.

Padahal....

Keluarga adalah awal dari segalanya. Soal pendidikan, agama, bahkan keluarga adalah permulaan dari sebuah peradaban bangsa. Banyak orang yang menganggap hidup berkeluarga adalah pekerjaan remeh temeh sehingga banyak diantara kita yang mengenyampingkan kondisi keluarganya. Kalau kita coba analisa, betapa banyaknya permasalahan umat dan masyarakat yang sebenarnya bermula dari kebobrokan dari lingkup terkecil dalam keluarganya. Silakan perhatikan dan analisa sendiri ya.. :)

Keluarga adalah organisasi terbesar dalam lingkup terkecil...

Disadari ataupun tidak, keluarga dapat diibaratkan laksana sebuah organisasi. Seperti yang kita fahami layaknya sebuah organisasi, maka perlu segala yang berhubungan dengannya memiliki landasan, tujuan, peraturan-peraturan, pengkaderan bahkan sampai kepada hal mendetail terkait dengan program kerja. Saya takjub ketika mendengar salah seorang ustadz yang begitu apik mengagendakan secara terperinci agenda-agenda dalam keluarganya. Kapan saatnya seorang anak bermain, belajar, setor hafalan al qur'an, bahkan untuk sekedar menonton TV!! Luar Biasa!!...

Hasilnya? Tak heranlah kalau kesemua anaknya berprestasi dan bernilai di mata masyarakat. Di gemari oleh sahabat dan kerabat. Karna proses 'produksi'-nya melalui serangkaian proses yang dirancang dengan matang, terprogram bahkan terevaluasi layaknya sebuah organisasi!!

Maka, tugas kitalah para lelaki, sebagai qawwam yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anak kita. Menjadi pembimbing untuk istri ketika mengurusi masalah rumah tangga. Ingatlah, di pundak kitalah amanah besar itu dititipkan. Tak ada alasan untuk berdalih ketika kita dimintai pertanggung-jawaban atas amanah yang telah menjadi fitrah kita. Apalagi menyerahkan amanah besar itu kepada istri kita dengan segala keterbatasannya. Ingatlah, KITALAH NAHKODANYA!!!


Suami yang shalih adalah dia yang mampu memuliakan seorang wanita di dunianya sebagai seorang istri, dan menjadikannya di akhirat sebagai bidadari....

Maka, untuk kita para lelaki. Bersiaplah.. Karna genderang perang akan segera di tabuh. Bukanlah perang itu selalu dengan pertumpahan darah. Namun perang saat ini adalah bagaimana kita dapat membulatkan tekad untuk berjihad mempersiapkan masa depan kita. Karna sudah pastilah Allah akan mengamanahi kita dengan jabatan yang tidak dapat kita elakkan. Menjadi seorang suami sekaligus ayah, yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan anak dan istri kita. Saatnya kita membenahi diri dalam sebuah organisasi kehidupan, sebuah keluarga. Saatnya kita berjihad mempersiapkan generasi rabbani dambaan ummat... Biidznillah....

Wallahu'alam..

`Jatinangor, 7 Juli 2011` - 17.02.01

Istikharah Cinta

Minggu, 10 Juli 2011

Ini adalah istikharah pertama nisa. Saat dihadapkan pada pilihan hidup yang rumit, ia selalu memulainya dengan 'meminta pendapat tuhan' mengenai pilihannya. Setelah sujud terakhirnya di sepertiga malam, ia melanjutkan sholat 2 rakaat yang dipercayainya mampu memantapkan hatinya untuk menentukan pilihan. Dalam do'anya, ia meneteskan airmata penuh kekhusyu'an...

"Ya Allah, aku memohon pilihan menurut pengetahuan-Mu dan memohon penetapan dengan kekuasaan-Mu, juga aku memohon karunia-Mu yang besar, sebab sesungguhnya Engkau-lah yang berkuasa dan aku tidak berkuasa. Engkaulah yang Maha Tahu, dan aku tidak mengetahui apa-apa. Engkau mengetahui segala yang gaib.

Rabb, jika rencana pernikahan-ku ini baik untukku dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat ataupun dalam waktu panjang, maka takdirkanlah untukku dan mudahkanlah. Serta berikanlah keberkahan di dalamnya..

Namun jika Engkau mengetahui bahwa rencana pernikahan ini buruk untukku, dalam agamaku, kehidupanku serta akibat urusanku, baik di waktu dekat maupun dalam waktu panjang, maka jauhkanlah hal itu daripadaku. Jauhkanlah aku daripadanya serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja dimana saja adanya, kemudian puaskanlah hatiku dengan takdir-Mu itu..."


Semakin lama ayahnya semakin mendesaknya untuk memberiikan jawaban. Sudah 2 minggu ia diberi waktu, namun sampai saat ini nisa belum juga memberi jawaban atas pertanyaan ayahnya, sekaligus pertanyaan pemuda yang melamarnya 2 minggu silam.

Ia adalah seorang lelaki berumur 2 tahun terpaut diatas umur nisa. Anak salah seorang teman ayahnya. Secara perekonomian sudah mapan, karna pemuda itu bekerja di salah satu perusahan terkemuka di jakarta. Sudah memiliki mobil, rumah, bahkan menurut kabar sudah mempersiapkan tabungan untuk berbulan madu bersama nisa ke luar negri. Itupun jika nisa tidak menolak lamarannya.

Namun nisa memiliki keraguan dalam hatinya. Karna lelaki yang melamarnya belum memiliki pemahaman agama yang baik. Kalau untuk mengerjakan kewajiban agama memang tidak pernah bolong, tapi kalau untuk membina rumah tangga dengan pemahaman agama seadanya seperti itu, rasanya ia masih ragu. Dari dulu nisa berkeinginan memiliki seorang suami yang mapan, bukan hanya mapan dalam masalah perekonomian, tapi juga dalam keagamaan. Karna baginya, pernikahan yang berkah harus mampu melahirkan generasi-generasi yang berjuang untuk ummat, bukan sebatas menjadikan anak-anaknya sebagai konglomerat..

Ini istikharah kedua nisa. Ia telah berazam, jika sampai 3 hari ini belum ada kecendrungan untuk memilih tawaran ayahnya, maka ia akan memutuskan untuk menolaknya. Hingga pada hari keempat, ternyata belum ada tanda-tanda kecendrungan baginya untuk memilih lelaki pilihan ayahnya. Maka dengan sopan santun, ia harus berkata sejujurnya...

"Maaf yah, nisa belum bisa menerimanya. Bukan karna ia tidak baik dan kurang mapan. Namun bagi nisa, lelaki yang memililki pemahaman agama yang baik, seharusnya menjadi kriteria utama kita dalam menentukan pendamping hidup. Nisa berharap ayah mengerti alasan nisa. Lagipula kewajiban menikah bagi nisa bukan menjadi hal yang mendesak saat ini. Do'akan saja, semoga suatu saat ada lelaki yang lebih baik untuk nisa dan calon menantu yang terbaik untuk ibu dan ayah...."

Jawaban nisa dengan ucapan yang sangat santun itu tak dapat disanggah ayahnya. Hanya desahan nafas yang cukup berat ayahnya dan kata singkat yang di dengar nisa. "Baiklah kalau memang itu jawabanmu, ayah dan ibu tidak bisa memaksakan kehendakmu.."


Ini adalah istikharah ketiga nisa. Dengan do'a serupa seperti sebelum-sebelumnya. Ia kembali melantunkannya dengan penuh kekhusyuan. Kali ini ia harus istikharah lagi dengan pilihan yang berbeda. Kali ini yang datang melamar adalah lelaki pilihan ibunya. Lelaki berjanggut tipis dengan pemahaman agama yang tidak boleh diragukan. Ia adalah anak seorang ustadzah yang menjadi teman ibunya di pengajian. Perekonomiannya lumayan mapan. Karna lelaki kali ini memiliki beberapa toko buku islam yang bertempat di pinggir ibukota.

Semua aspek telah diamati nisa dengan cermat, dan hampir tidak ada cela. Namun, ia lagi-lagi tak mampu memberi jawaban secara langsung. Belum ada hal yang membuatnya cenderung memilih lelaki yang ada di depannya. Ia meminta waktu seminggu untuk diberi kesempatan istikharah sebelum memantapkan pilihan. Tidak ada yang keberatan, baik dari pihak calon ataupun pihak keluarga nisa. Hanya satu permintaan lelaki itu, ia tak bisa menunggu waktu lebih dari 2 minggu. Jika lewat 2 minggu tidak ada jawaban, maka proses ta'aruf tidak akan dilanjutkan ke jenjang pernikahan....

Setelah shalat malamnya, ia membuka tirai dan memandang ke arah luar. Udara dingin menyeruak masuk ke dalam kamar. Tak lama ia menatap ke atas langit, ia paling suka memandangi bulan saat malam. Seakan cahaya-nya mampu memberinya energi kehidupan, dan seperti biasa, ia mengambil buku diary yang sampai saat ini masih menemaninya. Sambil merenung, ia goreskan tinta di atas kertas diary-nya..

Malam ini aku menantikan cahaya bulan
Seperti beberapa malam sebelumnya
dalam istikharah dan sujud yang berkepanjangan
dalam penantian yang tak kunjung usai
Namun, telah bermalam-malam yang kutemukan hanya bintang
Rembulan yang kunantikan tak kunjung datang
Kuhanya menantinya untuk melihat sabit bukan purnama
Namun lagi-lagi..
yang kulihat hanyalah bintang yang berserakan di alam
Diantaranya ada yang berpijar begitu terang
Aku terus merenung dan bertanya...
Perlukah aku terus menanti rembulan??
Jika begitu banyak bintang berpijar yang mampu menemaniku menikmati malam...
Ini adalah istikharah ke empat nisa. Namun belum ada tanda-tanda kecenderungan atau apapun yang membuatnya berat pada satu pilihan. Terkadang ia jadi berfikir, apakah ia bukan orang yang normal? Manusia yang tidak memiliki kecendrungan. Namun ia tepis segala kegalauan atas parasangka buruk di hatinya. Tak lama bibirnya mengucap istighfar kemudian berdzikir sambil terus memohon pilihan...

Tiba-tiba bayang-bayang ahmad menyeruak di hatinya. Lelaki yang ia kenal selama ini, namun bukan lelaki yang terlihat mencintainya...

bersambung...
(Cuplikan "Meminang Bidadari" - Afief Alkhawarizm)


"Ya Allah ya Tuhanku,
andaikau takdirkan dia untukku
menjadi teman arungi hidup ini
Satukan hatiku hatinya, amanahkan bahagia, kemesraan selamanya..."


Jatinangor, 10 Juli 2011
`Saat cinta mengusik jiwa, semoga dalam rongga ini hanya ada satu nama-Nya`

Karya

Meminang Bidadari Kisah tentang perjuangan untuk bisa belajar mencintai dan berkorban. Pertaubatan seorang WTS untuk menemukan cinta sejatinya, dan penerimaan seorang lelaki sholeh kepada seorang pendamping hidup yang memiliki masa lalu yang kelam. (Baca Selengkapnya)
Merajut Mimpi Merenungkan kehidupan berarti menemukan pertanyaan dan berupaya memberi jawaban terhadap pertanyaan yang muncul di atas nalar manusiawi. Banyak sekali pertanyaan yang perlu di jawab demi mengungkap keber-makna-an kehidupan kita. Makna adalah "makanan" dari nalar manusia.. Maka maknai kehidupan kita, agar setiap hembusnya memilki arti untuk dipahami..” (Baca Selengkapnya)
4 Musim Cinta Kisah berlatar negri jerman, tepatnya di kota Heidelberg. Kota yang dikenal sebagai kota paling romantis di negri jerman. Tentang kisah hidup seorang Alysha (Mahasiswi berprestasi dan agen intelegen) menemukan cinta, jalan hidup dan Tuhannya. (Baca Selengkapnya)
 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.