Banyak orang yang memulai kehidupan rumah tangganya dengan hal yang besar. Dengan impian, cita-cita dan harapan yang melekat pada diri mereka. Dengan cinta yang mereka tumbuh kembangkan hingga membuahkan kasih sayang. Namun ironisnya, banyak rumah tangga yang keharmonisannya tidak bertahan lama. Seakan impiannya saat menikah dahulu, hanyalah sekelumit bayang-bayang kehidupan. Cinta dan iman seakan menjadi alasan yang kerdil dibandingkan dengan peliknya permasalahan yang menyulut api perceraian. Maka, mungkin yang perlu kita perbaiki adalah orientasi yang benar mengenai pernikahan. Karna banyak orang yang menganggap pernikahan hanyalah untuk memiliki surat legalitas 'berhubungan badan'.
Saat pernikahan hanya dianggap sebagai sebuah prosesi tanpa esensi, maka disanalah bermula benih-benih kehancuran dalam membangun rumah tangga. Lalu bagaimana seharusnya pernikahan agar dapat dijadikan landasan awal dalam membangun rumah tangga? Setidaknya, perbaikilah tujuan kita ketika memilih untuk menikah. Karna pilihan yang terpenting dalam hidup tak pernah mudah, begitupun dengan MENIKAH!.
Tujuan Pernikahan :
1. Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2. Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3. Mewujudkan keluarga Muslim menuju masyarakat Muslim.
4. Mendapatkan cinta, kasih sayang dan ketenangan jiwa dengan memelihara kehormatan diri (menghindarkan diri dari perbuatan maksiat / perilaku hina lainnya).
5. Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).
6. Meluaskan kekerabatan (menyambung tali silaturahmi / menguatkan ikatan kekeluargaan).
Tujuan ini hanya sebatas referensi yang ane dapatkan dari salah satu sumber. Semoga ini menjadi tujuan minimal ketika kita memutuskan diri dari status membujang..
Keluarga adalah organisasi terumit dalam lingkup rumah tangga... Yang visinya bukan hanya berorientasi pada keberhasilan dunia, namun berorientasi pada keberhasilan meraih syurga.. Menuju Cinta dan Keridhoan-Nya..
Tidak sedikit dari kita yang menganggap keluarga hanya seperti sebuah rumah. Didalamnya kita dapat berteduh, melabuhkan lelah, dan melakukan berbagai aktifitas kehidupan. Tak lebih tak kurang. Atau adapula yang menganggap keluarga hanyalah sebuah kapal layar. Disana kita bersama mendayung hingga akhirnya sampai pada tempat tujuan. Kita dapat mengganti kapal manapun yang kita mau, ketika tujuannya telah berbeda. Pelabuhan yang kita tuju adalah peristirahatan sementara dalam pengembaraan kehidupan. Berpindah dari pelabuhan satu menuju pelabuhan lainnya. Hingga orientasi begitu cepat berubah. (Ngerti khan ya, maksud ana?? :))
Tidak sedikit dari kita, yang menjadikan keluarga sebagai pabrik penghasil manusia dengan kualitas seadanya. Asal bisa bertahan hidup dalam kurun waktu cukup lama, maka proses produksi barang yang biasa disebut 'manusia' itu tak lagi diperhatikan. Bahkan sebagian hanya mengandalkan modal uang untuk memproduksi generasi penerus, yang katanya menjadi harapan agama, masyarakat dan bangsa. Sebagian lainnya, ada yang menjadikan keluarganya sebagai mesin pencetak uang. Tujuannya adalah meningkatkan taraf kehidupan diatas rata-rata kondisi sosial dalam kemewahan dan harta.
Padahal....
Keluarga adalah awal dari segalanya. Soal pendidikan, agama, bahkan keluarga adalah permulaan dari sebuah peradaban bangsa. Banyak orang yang menganggap hidup berkeluarga adalah pekerjaan remeh temeh sehingga banyak diantara kita yang mengenyampingkan kondisi keluarganya. Kalau kita coba analisa, betapa banyaknya permasalahan umat dan masyarakat yang sebenarnya bermula dari kebobrokan dari lingkup terkecil dalam keluarganya. Silakan perhatikan dan analisa sendiri ya.. :)
Keluarga adalah organisasi terbesar dalam lingkup terkecil...
Disadari ataupun tidak, keluarga dapat diibaratkan laksana sebuah organisasi. Seperti yang kita fahami layaknya sebuah organisasi, maka perlu segala yang berhubungan dengannya memiliki landasan, tujuan, peraturan-peraturan, pengkaderan bahkan sampai kepada hal mendetail terkait dengan program kerja. Saya takjub ketika mendengar salah seorang ustadz yang begitu apik mengagendakan secara terperinci agenda-agenda dalam keluarganya. Kapan saatnya seorang anak bermain, belajar, setor hafalan al qur'an, bahkan untuk sekedar menonton TV!! Luar Biasa!!...
Hasilnya? Tak heranlah kalau kesemua anaknya berprestasi dan bernilai di mata masyarakat. Di gemari oleh sahabat dan kerabat. Karna proses 'produksi'-nya melalui serangkaian proses yang dirancang dengan matang, terprogram bahkan terevaluasi layaknya sebuah organisasi!!
Maka, tugas kitalah para lelaki, sebagai qawwam yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anak kita. Menjadi pembimbing untuk istri ketika mengurusi masalah rumah tangga. Ingatlah, di pundak kitalah amanah besar itu dititipkan. Tak ada alasan untuk berdalih ketika kita dimintai pertanggung-jawaban atas amanah yang telah menjadi fitrah kita. Apalagi menyerahkan amanah besar itu kepada istri kita dengan segala keterbatasannya. Ingatlah, KITALAH NAHKODANYA!!!
Suami yang shalih adalah dia yang mampu memuliakan seorang wanita di dunianya sebagai seorang istri, dan menjadikannya di akhirat sebagai bidadari....
Maka, untuk kita para lelaki. Bersiaplah.. Karna genderang perang akan segera di tabuh. Bukanlah perang itu selalu dengan pertumpahan darah. Namun perang saat ini adalah bagaimana kita dapat membulatkan tekad untuk berjihad mempersiapkan masa depan kita. Karna sudah pastilah Allah akan mengamanahi kita dengan jabatan yang tidak dapat kita elakkan. Menjadi seorang suami sekaligus ayah, yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan anak dan istri kita. Saatnya kita membenahi diri dalam sebuah organisasi kehidupan, sebuah keluarga. Saatnya kita berjihad mempersiapkan generasi rabbani dambaan ummat... Biidznillah....
Wallahu'alam..
`Jatinangor, 7 Juli 2011` - 17.02.01