Post Update :

Memaknai Cinta Part.4 : Cinta Kepada Allah adalah visi, Cinta kepada manusia hanya sebatas refleksi..

Minggu, 17 Oktober 2010

Sebenarnya apa yang memotivasi kita untuk mencitai seseorang??
Sebatas kita memerlukan perhatian manusiakah??
Atau sebatas menjelmakan perasaan kita?
Setiap orang memiliki motivasi tersendiri untuk mencintai orang-orang yang dikasihi. Cinta memang sebuah anugrah yang tak dapat kita bantah. Adalanya ia hadir tanpa diundang, ia datang tiba-tiba, dan hilang dengan seenaknya. Cinta sebagai sebuah bentuk perasaan, terkadang mudah luntur dan hilang. Ketika ia ingin senantiasa kita pertahankan, maka butuh motivasi yang kuat sebagai landasan. 'Latar belakang sejarah' perasaan kita, harus dapat kita manajemen dengan baik. Sehingga kita tidak tertipu dengan rasa yang semu. Mungkin bagi beberapa orang, mencintai adalah hal yang sederhana. Tak perlu banyak berfikir, karna fikiran yang mengikis perasaan. Tak perlu menetapkan tujuan, biarlah ia mengalir begitu saja. Menikmati dalam ketidakjelasaan status ataupun hubungan. Tapi bagi orang-orang yang menjadikan cinta sebagai kekuatan, ia akan terus berjuang untuk memahami lebih dalam rasa cinta yang dimilikinya.

Cinta Kepada Allah adalah visi, Cinta kepada manusia hanya sebatas refleksi..

Alangkah indahnya, ketika cinta yang kita miliki adalah cinta yang bervisi. Cinta yang tumbuh karna kekuatan iman, bukan sebatas cinta yang terlegalkan dengan pernikahan. Cinta yang bervisi mengantarkan kita pada banyak kebaikan. Sebaliknya, cinta yang tak berorientasi hanya akan menimbulkan kepedihan , kekecewaan, sakit hati, bahkan kehancuran. Banyak orang yang terjerat oleh perasaan, dan berubah drastis ketika menemukan cinta yang tak sengaja dapat ia rasakan. Ya, cinta membuat segalanya berubah. Ada yang berubah menjadi lebih baik, sangat banyak yang merubah seseorang menjadi lebih buruk. Sungguh, cinta merubah segalanya.

Contoh sederhananya, adalah saat cinta menjadi pondasi dalam membangun keluarga. Saat cinta suami kepada istri hanya didasari atas dasar perasaan suka, maka suatu saat, ketika suami menemukan cela yang ada pada istrinya, maka perasaan suka itu semakin terkikis habis. Semakin hari, semakin dalam ia mengetahui akan kekurangan yang istrinya miliki. Alhasil, mungkin ketika cinta kian terkikis, maka benih-benih perceraian semakin dekat untuk dijadikan sebagai pilihan (Naudzubillah).

Namun, berbeda dengan orang yang melandaskan cinta dengan iman. Seberapapun cela yang ada pada pendamping hidupnya, ia akan terus mempertahankannya. Ia akan mencoba saling menasihati dan memperbaiki diri, agar kelak keturunan yang dilahirkan lebih baik dari keadaan mereka saat ini. Karna Cinta Adalah ibadah, yang dapat mendekatkan kita kepada Sang Pencipta.

Ketika kita mencintai manusia, pada hakikatnya kita sedang mencintai sang Pencipta.Maka ketika cinta ternyata menjauhkan kita dari-Nya.Ketika cinta membuat kita bermaksiat pada-NyaKetika cinta bahkan membuat kita lalai untuk mendekat pada-NyaTanyakan pada diri kita : Siapakah gerangan yang sedang aku cinta???

Jikalau harus memilih :
Lebih baik mencintai seseorang atas dasar iman, daripada dicintai banyak orang dengan kemaksiatan...

Rabb, pertemukan kami dengan orang-orang yang senantiasa Mencintai-Mu.
Yang tak pernah padam Cinta-Nya karna Iman dihatinya.
Yang menjadikan cinta pada makhluk sebagai wujud Cintanya pada-Mu.

Rabb, biarkan kami belajar untuk dapat mencintai.

Karna Cinta yang menguatkan kami

Karna Cinta yang membuat kami masih berada disini.


Jatinangor, 2 Oktober 2010. 19.18.00
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.