Hanya ada lilin kecil yang menemani. Dengan cahaya sekedarnya, aku melindunginya dari usapan angin yang berhembus. Dingin semakin merasuk, menusuk hingga membuat diri bulu kuduk. Hanya ada penyesalan, ketika siang sebelum senja. Aku tak pernah menyiapkan segalanya. Bahkan hidup dalam kesenangan dunia, melenakanku akan getir malam ini. Hanya ada tetes air yang mengalir, menyesali subuh tadi. Saat tubuh ini masih kuat menyiapkan pelita. Saat tubuh begitu gagah berkata lantang, Aku Hebat!! Aku memiliki segalanya.. Sungguh, sungguh angkuh, dan aku terlena...
Sekarang baru beranjak malam, namun perjalanan masih panjang. hanya cahaya bulan yang menemani malam. Sebelum menemukan matahari di subuh hari, mungkin lilin kecil telah berbakar mati. Kegelapanpun semakin mencekam, hanya petunjuk hati yang menemani.
Serasa telah berada di penghujung kehidupan. Nafas semakin terengah, detak jantung semakin payah.. Langkah-langkah kecil tetap menapak, namun tak bisa meninggalkan jejak-jejak keletihan. Rasanya 'aku' tak sanggup lagi melakukan perjalanan. Tubuh semakin kaku, lidah membisu. Seakan tak ada kata yang terucap untuk mengeluh.
Mata semakin kabur, pandangan semakin buram, sepertinya kegelapan begitu mencekam. Hingga 'aku' tak lagi memikirkan kemana arah yang sebenarnya. Tapak demi tapak semakin payah,, sangat melemah. Hingga 'aku' merasakan udara dingin yang menyapa. Tubuh terjerembab sesaat, kaki tak mampu lagi untuk berdiri. Kilat menyambar sangar, dan aku hanya terkapar..
Sepi,
Gelap,
Lemah,
Tak Berdaya,
Mungkin ini adalah akhir dari segalanya.
Akhir Hidup yang tak pernah kuimpikan.
Tragis.
Jatinangor, 22 September 2010, 18.42.32
(Saat Beban Begitu memuncak, dan kondisi kian melemah)
0 komentar:
Posting Komentar