Post Update :

Topeng Belaka

Sabtu, 26 Juni 2010

Cermin yang biasa kupandangi di setiap hari
Sekali lagi menghiaskan bayangan diri
Wajah ini, mata ini, tempat segala dosa bermula
dan indahkan akhir segala cipta

Apakah diriku ini, Yang bercahaya bersinar di syurga-Mu
menatap penuh pilu
Ataukah diriku ini, kan hangus legam terbakar dalam nyala
di neraka membara

Sungguh berbeda yang nampak dan tersembunyi
hanya kepalsuan menipu, topeng belaka
Wajah ini Tubuh ini, hati yang merajai diri
t'lah bersalah tak mau melangkah

Cermin tak pernah berdusta
yang indah topeng semata
Ya Allah aku malu tlah tertipu
Ampuni hamba sebelum akhir waktu..

Kemanakah diriku ini
Berakhir di syurga atau di neraka-Mu
Aku takkan mampu
Apakah diriku inikan bercahaya,
bersinar di syurgamu, menatap penuh pilu
ataukah diriku ini,
kan hangus legam terbakar dalam nyala
di neraka membara

Selamatkan aku Ya Rabb,,,
(Cermin Tak Pernah Berdusta : EdCoustic)
Ya Allah, rasanya kita selalu hidup dalam kemunafikan. Kepalsuan yang sering kita tutup-tutupi dengan sikap santun di depan orang banyak. Sikap ramah yang sering kita umbar-umbarkan di depan orang lain. Keshalihan yang kita tunjukkan di saat kita bersamaan dengan banyak orang. Namun dibalik itu semua, disaat dalam kesendirian, masihkah kita menampakkannya? Menjaga Ibadah kita dalam kesendirian, menjaga keikhlasan kita setiap beramal. Atau hanya sebagai pemanis sikap saat kita bergaul dan bermasyarakat?

Apa yang kita katakan, sangat jauh sekali dari hal yang biasa kita lakukan. Mulut kita selalu membenarkan apa yang Allah tunjukkan. Namun hati, perbuatan, sangat jarang sekali turut membuktikannya dengan amal perbuatan. Seakan-akan kita pintar berdalih barangkali, memberikan pencerahan kepada orang lain, memberikan motivasi utuk hidupnya yanglebih baik, namun disaat yang bersamaan kita begitu rapuh. Sangaaatt jauh dari kenyataan..

Ya Allah, maafkan ketika kata tak sengaja kuucapakan setiap kali bertemu dengan manusia, hanyalah bualan semata. Bahkan terkadang, aku merangkainya begitu indah, hingga setiap orang dapat menerima setiap ucapakan yang aku katakan. Walaupun kutahu, bahwa kebenaran akan tetap benar, walalupun terucap dengan kata yang sederhana, mengalir tulus ikhlas, tanpa bumbu penyedap. Namun lagi-lagi aku merangkainya dengan indah, merajutnya dengan kata yang semu, membodohi tanpa melihat esensinya.

Sungguh, aku takut ya Rabb
Ketika lidah ini dimintai pertanggung jawaban, atas apa-apa yang pernah kuucapkan
Ketika mata ini dimintai pertanggung jawaban, atas apa-apa yang pernah kuperhatikan
Mata ini, berapa banyak hal yang haram kutatap
Lidah ini, berapa banyak kepalsuan yang terucap

Ya Rabb, sungguh aku tak mampu ketika harus menebus semuanya
Taubat-ku pun tak pernah aku penuhi sepenuhnya
Istighfar-ku, hanya sebatas bualan semata
Ibadah-ku, sungguh sangat jauh dari kesempurnaan

Berhadapan dengan-Mu pun aku malu.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.