Selamat Datang di Afief's Blog
Mari Berbagi Motivasi dan InspirasiMore
Merajut Mimpi
Buku Motivasi dengan Nuansa ReligiMore
Segera Terbit
Dapatkan Bukunya..More
My Experiment
Cymatics : Studi Gelombang SuaraMore
Posting Populer
-
Sebelum memimpin, yang pertama kali patut dilakukan adalah membuat orang yang kita pimpin "jatuh hati" pada kita. Karena, Pemimp...
-
Orang yang paling mulia diantara manusia adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan paling siap menghadapinya dengan bekal amal sh...
-
Merenungkan kehidupan berarti menemukan pertanyaan dan berupaya memberi jawaban terhadap pertanyaan yang muncul di atas nalar manusiawi. ...
Motivasi
Pagi dan Paksaan Inspirasi
Kamis, 06 Januari 2011
"Seringkali menjaga sesuatu tidak sebaik saat berusaha mendapatkannya..."
Entah mengapa muncul kata seperti itu. Namun harus saya akui, banyak inspirasi muncul dan datang karna pernah dirasakan, atau bermula dari banyak kejadian yang saya temukan. Pagi ini, mungkin refleksi masa lalu yang telah saya lewati. Bahkan dejavu-pun sering terjadi berkali-kali bukan?? Ahh,, hentikan membicarakan asal muasal perkataan. Lebih baik mendalami secara bijak apa yang pernah kita fikirkan dan rasakan.
"Seringkali menjaga sesuatu tidak sebaik saat berusaha mendapatkannya..."
Banyak contoh yang dapat membuktikan kalimat diatas. Ya, seringkali kita berbuat bodoh dengan hal yang telah kita perjuangkan hingga kita lelah mendapatkannya. Betapa sering kita memaksakan untuk mendapatkan sesuatu. Namun setelah berhasil menggenggamnya, ia kita biarkan hilang dan berlalu. Betapa banyak barang dan cinderamata yang dahulu kita senangi dan berusaha membelinya, lalu kita biarkan ia lusuh dan berdebu.
Betapa berat kita berusaha mendapatkan status tertentu, namun kita tidak dapat menempatkan peran sebagai mana mestinya. Atau ketika kita mendapatkan amanah dan kepercayaan dari orang lain, namun tidak diimbangi dengan menjaga tanggung jawabnya.
Bahkan, ketika kita berusaha berjuang untuk mendapatkan cinta dan perhatian dari sesama, namun seringkali kita sulit untuk menjaganya. Menjaga agar mereka tidak kecewa, dan menjaga kepercayaan mereka seutuhnya.
Ya, seringkali motivasi untuk menjaga tidak sekuat saat kita berusaha memilikinya. Rasanya, apa yang kita miliki, tak lagi berharga ketika waktu telah membuktikan bahwa ia memang tak cukup berharga untuk dimiliki.
Lalu, apakah masalah waktu, yang berhak membuatnya hilang dari genggaman. Atau memang masalah kita, yang tidak becus menjaga komitmen dan tanggung-jawab dari semua yang telah kita dapati tanpa percuma.
Lalu kehilangan membuat kita tersadarkan..
Bahwa apa yang kita abaikan, suatu saat akan menghilang.
Jatinangor, 6 Januari 2011, 5.18.06
(Saat pergantian tahun diawali dengan banyak kesia-siaan)
Seharusnya Kita Malu...
Minggu, 02 Januari 2011
Seorang wanita yang tumbuh dengan keyakinan dan semangat yang besar. Ia tidak minder sekalipun ia dianggap oleh banyak orang sebagai wanita yang aneh karena tubuhnya. Ia sekolah di sekolah normal dan terus belajar mandiri. Ia tidak mau sekolah di sekolah untuk anak cacat dan selalu mendapatkan prestasi akademik di sekolah. Ia kemudian masuk perguruan tinggi dan saat kuliah hukum atas anjuran ayahnya yang seorang jaksa, diam-diam tanpa sepengetahuan orangtuanya, mengambil kuliah komputer sampai lulus D3. Ya, dia mampu menjalani perkuliahan dengan 2 bidang studi yang berbeda dan berhasil menyabet kelulusan dengan sempurna.
Ahh,, melihat dan mendengar sebagian kisahnya membuat bulu kuduk ini merinding. Sejujurnya, jika dihadapkan pada kondisi yang sama, mungkin aku memilih untuk menyerah, dan kini sedang berbaring dengan rintihan penuh keluhan. Sangat berbeda, dan jauh berbeda dengan apa yang mampu ia lakukan dengan perjuangannya. Dan hanya satu rasa yang seharusnya dapat diakui hati ini : MALU!!
Cukup sampai disana!! Belum selesai mata ini membaca kisahnya saat melahirkan dan mengasuh anaknya sendirian. Bagaimana saat ia menjadi motivator, bahkan untuk orang-orang yang normal tanpa cacat! Tidak sanggup rasanya ketika membayangkan bagaimana saat ia mencari nafkah untuk menghidupi kebutuhan anaknya.
Lalu bagaimana dengan kita??
Cacatkah kita? Begitu besarkah masalah yang menimpa kita?
Rasa-rasanya yang cacat bukan raga kita, namun otak ini yang berkarat hingga tak mampu lagi berfikir jernih saat ujian menimpa. Harus kita sadari, ternyata yang buta bukan mata kita. Namun hati yang tak mampu jujur menatap masalah dan ujian yang seharusnya dapat kita selesaikan dengan sempurna. Harus kita akui, ternyata yang lumpuh bukan tangan dan kaki kita. Namun jiwa yang mati karna kurangnya motivasi.
Berkacalah, dan banyaklah bercermin pada orang-orang yang benar-benar diuji dengan keterbatasan. Lalu tataplah seberapa pengecutnya diri ini yang menjalani hidup dengan berjuta keluhan.
Seharusnya kita malu...
Aku jadi tersadar, bahwa sebenarnya aku dilahirkan dengan sempurna. Namun kelalaian yang ku lakukanlah, yang membuatku banyak cela.
Banyak orang yang merasa istimewa dengan ujian dan permasalahan yang menimpa , lalu menjadikan pemakluman untuk menutupi kelemahan dirinya. Lihatlah diluar sana!! Betapa banyak orang yang lebih menderita dengan menanggung takdir yang tidak kita kira, namun mereka berjuang tanpa pernah berfikir bahwa 'akulah satu-satunya orang yang dilahirkan dalam kemalangan.....
Aku malu pada mereka yang benar-benar ditimpa kemalangan. Jika ku bandingkan dengan apa yang menimpa, rasanya tak pantas aku berkata lagi sebagai manusia seutuhnya. Karna, begitu banyak yang seharusnya dapat kulakukan dibanding mereka. Mereka yang benar-benar memiliki keterbatasan raga, bahkan mampu menciptakan kemampuan yang tak kubisa, lalu mereka mampu menutupi aib dengan prestasi-prestasi gemilang dalam kehidupannya.
Malu, aku yakin tak cukup pada kata itu.
Sungguh, kebahagian tidak pernah melihat kekurangan. Karna ia dapat diciptakan dengan hati yang ikhlas menerima, dan jiwa yang tak lelah berjuang memaknai kehidupan.
Jatinangor, 1 Januari 2011, 19.27.05(Saat lagi-lagi mendapatkan motivasi dan inspirasi dari orang yang tak ku kenal)