Post Update :

Tentang Pemimpin

Selasa, 27 Juli 2010

Sebelum memimpin, yang pertama kali patut dilakukan adalah membuat orang yang kita pimpin "jatuh hati" pada kita. Karena, Pemimpin yang bijak terlebih dahulu menyentuh hati, baru meminta tolong.

Kata-kata ini terus terngiang dalam benak saya. Mencoba merenungi dan memaknai lebih dalam akan arti "menyentuh hati". Persoalan menyentuh hati memang perkara yang sangat sulit, dan tidak semua orang dapat melakukannya. Saya sering melihat, ketika salah seorang pemimpin memang diikuti dan ditaati oleh 'bawahannya', tetapi disisi lain, ternyata bawahannya mengikuti hanya sebatas perintah kerja, bukan karena ia merasa bertanggung jawab atau merasa harus melakukannya dengan segenap hati. Sehingga, terkadang banyak orang yang bekerja atas dasar terpaksa, sebuah tanggung jawab tidak lagi dianggap sebuah kenikmatan. Hanya sebatas beban yang memberatkan. Dalam lingkup dunia kerja, hal ini memang pantas terjadi, tapi bagaimana jika perasaan ini dirasakan oleh seorang aktifis dalam lembaga kemahasiswaan??

Kita dituntut untuk bekerja tanpa pamrih, dituntut kontribusi tanpa iba. Ketika perasaan tidak nyaman akan sebuah amanah terus menggerogoti hatinya, maka bagi saya ini adalah sebuah malapetaka. Seorang pemimpin yang baik haruslah peka akan kondisi yang terjadi. Ia harus menciptakan nuansa organisasi yang menyenangkan, kondusif dan hal positif lainnya. Ketika ia mampu memanipulasi kondisi yang menjemukan menjadi sebuah taman hiburan, maka sepertinya pengorbanan telah menjadi hal yang pantas kita berikan.

Prinsip kepemimpinan sepertinya sudah bergeser dari sebuah nilai yang saya pahami dahulu. Saya berbicara bukan pada ruang lingkup dunia kerja yang profesional. Tapi berbicara pada skala mikro, sebuah lembaga kemahasiswaan, ataupun dalam rumah tangga (^_^'). Yang dimana sikap dan perilaku seorang pemimpin perlu dipandang khusus, dilihat dari kebutuhan dan kondisi di lapangan. Dalam lingkup ini, "Bawahan" dalam arti staff adalah orang yang berjuang bersama kita untuk mewujudkan cita-cita yang diimpikan seorang pemimpin. Suatu waktu, impian dan cita-cita itu disadari betul oleh rekan kita, sehingga mereka terketuk hatinya untuk membantu kita dalam sebuah pergerakan. Mereka pun berjuang dengan merelakan waktunya, bahkan tak jarang ada yang mengorbankan kuliahnya. Dalam hal ini, pemimpin ditolong dengan keberadaan anggotanya!

Yang membuatmu menjadi pemimpin bukanlah posisi-mu, tapi dilihat dari manfaat keberadaan-mu

Masalah tempat, ini yang menjadi catatan penting. Kita harus bisa menempatkan diri pada tempatnya. Bahkan sampah-pun harus dibuang pada tempatnya bukan?? Apalagi orang yang sangat berharga. Karna bagi saya, pemimpinlah yang memiliki peluang dengan mobilitas yang sangat tinggi. Ia dapat berpindah-pindah tempat dengan keleluasaan wewenang. Ada kalanya kita dituntut untuk meninggalkan kursi jabatan, sejenak melihat kondisi di semua 'tempat". Adakalanya kita perlu memperhatikan setiap sudut dari lingkup organisasi kita. Bahkan ada kalanya kita harus langsung turun tangan, disaat memang hanya tangan kita yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sulitnya menjadi seorang pemimpin bukan karna besarnya tanggung jawab, namun karna harus menyesuaikn cara memimpin yang dapat diterima semua kalangan. Ada kalanya kita harus tegas dibalik kelembutan ucapan, perlu bertindak keras dibalik keramahan, perlu profesional dibalik kebersamaan. Ketika kepemimpinan terkesan monoton & kaku, sepertinya ada banyak hal yg tidak kita perhatikan bahkan terabaikan, walaupun pada kenyataannya, kecenderungan karakter seorang pemimpin perlu dpertahankan.

Banyak pemimpin yang enggan melakukan sesuatu yang menurutnya dapat menjatuhkan harga dirinya. Ia merasa, rasanya tak pantas melakukan hal yang biasa dilakukan oleh 'bawahannya'. Mungkin takut kalau pekerjaan itu akan menghancurkan wibawanya. Misalnya, untuk sekedar membersihkan tempat kerja-pun (sekre.red) sepetinya sebuah hal yang dapat menghinakan dirinya. Atau ada seorang pemimpin yang merasa enggan untuk membantu 'bawahannya' ketika ia dalam kesulitan dalam pekerjaanya. Karna baginya itu sudah menjadi tanggung jawab 'anggotanya'. Sebuah hal yang lucu memang. Kita dibantu, tapi menyulitkan orang yang berniat untuk menolong kita.

Kewibawaan, bukanlah sebuah hal yang mampu diciptakan oleh seorang pemimpin. Karna kewibawaan seorang pemimpin adalah hadiah yang diberikan oleh orang yang kita pimpin, dan disebabkan karna mereka melihat sebuah sikap yang luar biasa yang tampak pada diri kita.

Memimpin dengan ke-Teladan-an

Jangan pernah berharap orang lain tergerak, ketika kita yang menjadi pemimpinnya tidak mau bersama-sama untuk bergerak. Kita dapat menggerakkan dengan sebuah pergerakan, bukan hanya diam ataupun sekedar ucapan.

Pemimpin bukan hanya orang yang berinisiatif untuk bergerak, tapi orang yang mampu menggerakkan!

Lisaanul hal afshohu min lisaanil maqaal
Bahasa kerja lebih fasih daripada bahasa kata-kata

Rosulullah SAW kita jadikan teladan bukan hanya karena ia mengajarkan kebaikan dengan kata-kata dalam hadist-nya, tetapi ia mengajarkan kita dengan keteladanan. Seorang ayah yang bijak, akan terlebih dahulu mengajarkan dengan perbuatan dibanding hanya sebatas dengan perintah ucapan.
Ia terlebih dahulu hidup bersih, sebelum mengingatkan anaknya untuk menjaga kebersihan. Seorang anak adalah peniru yang ulung, ia tidak akan meniru apa yang kita ucapkan, tapi akan mencontoh ucapan yang kita lakukan.

Selamat memaknai kepemimpinanmu kawan....

To Be Continue..
"Memimpin dengan Hati, Bekerja dengan Profesionalitas"

Himbauan :
Catatan ini hanya diperuntukkan kepada orang yang bermental pemimpin!
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Afief Alkhawarizm 2010 -2011 | Design by Afief Alkhawarizm | Published by Khawarizm's.net | Powered by AK-Team.